Logo

ALLAH MENGERTI

ALLAH MENGERTI

Suatu hari ada seorang ibu dan putrinya yang berumur sekitar 7 tahun datang ke tempat praktek seorang dokter untuk berobat. Sang putri menderita sakit panas dan muntah-muntah. Setelah di periksa kemudian di beri resep untuk di tebus di apotek. Saat si ibu hendak membayar jasa dokter, si dokter menjawab,”Tidak usah bu, kan saya sudah pernah berjanji pada ibu, kapan pun anak ini sakit, silahkan datang berobat, tanpa harus membayar.” Sebelum meninggalkan ruang praktek dokter, ibu tersebut mengucapkan terima kasih.Suatu hari ada seorang ibu dan putrinya yang berumur sekitar 7 tahun datang ke tempat praktek seorang dokter untuk berobat. Sang putri menderita sakit panas dan muntah-muntah. Setelah di periksa kemudian di beri resep untuk di tebus di apotek. Saat si ibu hendak membayar jasa dokter, si dokter menjawab,”Tidak usah bu, kan saya sudah pernah berjanji pada ibu, kapan pun anak ini sakit, silahkan datang berobat, tanpa harus membayar.” Sebelum meninggalkan ruang praktek dokter, ibu tersebut mengucapkan terima kasih.

 

Kenapa si dokter mengratiskan ibu tersebut? Ternyata ibu tersebut adalah orang tua tunggal, dengan berbekal ijasah SMA,tentu saja hanya pekerjaan sebagai seorang administrasi yang di dapat oleh ibu tersebut. Sementara dia harus menghidupi ke dua anaknya yang masih duduk di bangku SD. Mereka sekeluarga hidup sangat sederhana. Yang menarik adalah si ibu dan ke dua anaknya tidak pernah mengeluh dan menyalahkan keadaan. Mereka bahkan tidak membenci sang ayah yang telah tega meninggalkan mereka. Sebuah sikap yang jarang kita temui di jaman sekarang ini.
    Keesokan harinya si ibu menghubungi sang dokter lewat telpon seluler dan berkata: ”Dok,anak saya panasnya semakin tinggi dan muntah terus, jadi obat dokter tidak bisa masuk.” Dokter menjawab: ”Langsung bawa ke rumah sakit bu, kebetulan adik saya sedang bertugas di Instalasi Gawat Darurat RS P, secepatnya ya bu.”
    Sang dokter langsung menghubungi adiknya dan meminta tolong agar sang adik meneleponnya jika anak tersebut harus menjalani rawat inap. Singkat cerita, ternyata si anak harus menjalani rawat inap karena menderita thypus dan kekurangan cairan. Si ibu bingung karena tidak memiliki biaya untuk membayar biaya rawat inap. Ibu tersebut kembali menghubungi si dokter dan berkata: ”Dok,saya tidak punya uang saat ini untuk membayar biaya perawatan anak saya di rumah sakit ini.” Sang dokter pun menjawab: ”Bu, yang terpenting saat ini anak ibu di rawat dulu dengan dokter spesialis anak, soal biaya nanti kita pikirkan belakangan.” Dengan hati bimbang si ibu terpaksa mengiyakan saran dokter tersebut.
               Sore harinya telepon seluler sang dokter berdering,rupanya si adik meneleponnya dan memberitahukan bahwa hatinya terusik untuk ikut mendanai biaya pengobatan si anak tadi, dan sudah mendepositkan sebesar lima ratus ribu di kasir rawat inap. Malam harinya sang dokterpun mendepositkan sebesar satu juta rupiah untuk membantu biaya perawatan si anak selama berada di rumah sakit.
    Malam itu sang dokter datang menjenguk si anak di bangsal kelas tiga, ketika hendak berpamitan si dokter menyerahkan selembar kuitansi sebagai bukti pembayaran deposit rawat inap bagi si anak. Dengan gemetar dan menangis si ibu menggenggam tangan sang dokter seraya berkata: Terima kasih buat dokter berdua yang sudah menolong kami, kiranya Tuhan yang membalas semua perbuatan dokter dan memberkati dokter dengan limpah-Nya. Si dokterpun tersenyum dan berkata: ”Sudah menjadi kewajiban kami untuk menolong orang lain bu.” Bukankan ada tertulis: ”Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri dan berbuat baiklah kepada semua orang.”
    Singkat cerita si anak pun sembuh dan di ijinkan pulang hari itu, kasir rawat inap pun menghubungi si dokter dan memberitahukan bahwa ada kelebihan uang deposit. Si dokter pun memberitahukan agar kelebihan uang depositnya di serahkan kepada si ibu.
     Ketika si ibu hendak membayar kekurangan biaya rawat inap, dia tampak terkejut karena kasirnya malah mengembalikan sejumlah uang kepada si ibu. Di tengah kebingungan si ibu menghubungi sang dokter lewat telepon seluler: ”Dok, saya tidak tahu lagi harus berkata apa, saya mengetuk pintu rumah saudara dan tetangga untuk mencari pinjaman tetapi tak seorang pun menolong. Akhirnya saya dan anak-anak berdoa dan bersandar pada Tuhan, saya yakin Dia pasti menolong saya. Memang kemalangan orang benar banyak, tetapi Tuhan melepaskan dia dari semuanya itu.”
    Kisah di atas menjadi pembelajaran buat kita semua, ada banyak sekali saudara kita yang membutuhkan pertolongan di sekitar kita. Mungkin yang kita lakukan hanya hal yang kecil, pertolongan sekecil apapun tetaplah berarti untuk orang yang membutuhkan. Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Lebih baik memberi daripada menerima,lebih baik memberi pertolongan daripada selalu menuntut orang lain untuk menolong kita. Allah mengerti dan peduli kepada setiap anak-Nya, Dia sanggup menolong dengan cara apapun.

 

*Dimuat dalam Majalah Kasih Edisi 35 ( JULI - SEPTEMBER 2013 )

Tentang Penulis

Patricia Putri

patricia putri

Prev TEPIS KANKER DENGAN JERUK NIPIS
Next BAGAIMANA MENYAMPAIKAN KELUHAN NYERI DENGAN BENAR

Tinggalkan Komentar