Logo

CUCI DARAH BAGI PASIEN GAGAL GINJAL

ginjal
CUCI DARAH BAGI PASIEN GAGAL GINJAL

Fungsi ginjal amatlah vital bagi kesehatan tubuh. Ginjal berfungsi untuk membuang zat-zat sisa tubuh serta mengatur volume dan konsentrasi elektrolit darah. Mengingat fungsi tersebut, kerusakan ginjal bisa berarti masalah bagi pasien. Racun dan sampah yang seharusnya dikeluarkan dari tubuh, akan tetap berada di dalam aliran darah. Keadaan ini dalam istilah medis dapat berujung pada asidosis metabolik dan hipertensi. Kegagalan dalam fungsi ginjal ini dinamakan gagal ginjal, ada yang akut dan kronik. Namun dalam penerapannya, gagal ginjal kroniklah yang lebih rentan mendapat perlakukan harus cuci darah.  Penyakit gagal ginjal kronis merupakan salah satu penyakit kronik dengan prevalensi terbesar di dunia. Di dunia prevalensi dan insiden penyakit gagal ginjal kronis meningkat secara drastis selama beberapa dekade.

 

    Di Indonesia, mendengar kata cuci darah rasanya bisa membuat kita merasa ngeri. Bukan karena prosedurnya yang menakutkan, melainkan biaya yang diperlukan karena cukup mahal dan perlu dilakukan berulangkali. Tindakan ini biasanya diperlukan untuk mengeluarkan “sampah metabolisme”, dan kelebihan cairan yang tidak bisa dikeluarkan akibat gangguan fungsi ginjal. Ia juga dapat digunakan untuk mengeluarkan racun atau obat berbahaya yang berada di dalam darah. lnilah mengapa tindakan ini dikenal dengan istilah cuci darah.  
    Ginjal berfungsi untuk membersihkan darah dan menyingkirkan kelebihan cairan melalui urin. Jika  terjadi kerusakan atau fungsi ginjaI hanya tersisa 10 sampal 15%, maka tubuh dapat mengalami keracunan dan pembengkakan. Cuci darah atau dialisis, berperan untuk menggantikan fungsi ginjal yang rusak. Caranya adalah dengan mengalirkan darah ke dalam mesin yang disebut “dialyzer” dimana sampah, racun, dan cairan berlebih dikeluarkan. Darah yang sudah disaring kemudian dipompa kembali ke dalam tubuh, tindakan ini akan membantu mengembalikan keseimbangan cairan dan elektrolit, serta tekanan darah penderita gagal ginjal.
    Perlu tidaknya dilakukan tindakan cuci darah bergantung pada beberapa hal. Di antaranya keadaan pasien secara umum,fungsi ginjal (berdasarkan hash pemeriksaan darah dan urin), gejala dan tanda, kualitas hidup, dan keinginan pasien. Pencucian darah umumnya dimulai sebelum ginjal benar-benar kehilangan fungsi secara total untuk mencegah komplikasi yang dapat membahayakan jiwa.Setelah pencucian darah dilakukan, pasien dapat beraktivitas seperti biasa.
Tindakan pencucian darah selain menggantikan fungsi ginjal, secara tidak langsung juga memperpanjang harapan hidup,memperlambat penurunan fungsi ginjal lebih lanjut, dan meningkatkan kualitas hidup penderita. Pencucian darah tidak dapat menyembuhkan gagal ginjal, namun dapat mencegah terjadinya gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit yang bisa berbahaya. Pada kasus gagal ginjal akut, cuci darah dapat dilakukan sampal ginjal membaik. Namun pada kasus gagal ginjal kronik, diperlukan cuci darah secara terus menerus seumur hidup, atau bahkan sampai penderitanya mendapat cangkok ginjal.
Meski demikian, pasien yang dicuci darahnya dapat tetap bekerja, bahkan pergi berlibur ke luar kota. Cukup memastikan bahwa pekerjaan tidak terlalu banyak melibatkan fisik, konsultasi dokter, dan catat lokasi fasilitas pencucian darah setempat jika sewaktu-waktu diperlukan.
    Setiap pencucian darah biasanya memakan waktu sekitar empat sampai lima jam, dan dilakukan sekitar tiga kali seminggu. Semakin berat penyakit, pencucian darah dapat makin lama dan sering.

CUCI DARAH DI RS PANTI WILASA “Dr. CIPTO”    
    Menurut Dr. Yoseph Chandra, M.Kes, Direktur RS Panti Wilasa “Dr. Cipto”, pelayanan cuci darah di RS Panti Wilasa “Dr. Cipto” sudah lama beroperasi. “Sejak tahun 2004 yang lalu kita telah membuka pelayanan cuci darah, dan saat ini pelayanan ini makin meningkat”, ungkap Dr. Yoseph.
    Pada awalnya pelayanan cuci darah atau hemodialisa ini mengoperasikan dua alat hemodialisa. Pada perkembangannya, pelayanan ini menambah dua alat lagi untuk memenuhi permintaan para penderita yang meningkat. Beberapa perbaikan ruang juga dilakukan untuk memberikan suasana nyaman bagi pasien cuci darah ini. “Kami mengupayakan dalam proses cuci darah ini pasien harus senyaman mungkin sehingga selama proses cuci darah berlangsung, pasien tetap bisa rileks”, jelas Dr. Yoseph.
    Lebih lanjut Dr. Yoseph menjelaskan bahwa sebelum cuci darah dilakukan, dokter akan membuat akses cuci darah, yaitu daerah di mana darah akan masuk dan keluar selama cuci darah berlangsung. Karena dilakukan melalui operasi kecil, maka pembuatan akses untuk kasus gagal ginjal kronik harus dilakukan beberapa minggu sampai bulan sebelum cuci darah dapat mulai dilakukan. Di RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”, pelayanan cuci darah ini di bawah pengawasan Dr. Lestariningsih, Sp.PD-KGH konsultan Ginjal dan Hipertensi dibantu oleh tenaga perawat yang memiliki kompetensi di bidang hemodialisis.
    Menurut Dr. Yoseph Chandra, M.Kes, sesaat sebelum cuci darah dimulai, akan dilakukan pemeriksaan berat badan, tekanan darah, nadi, dan suhu tubuh. Daerah akses dialisis akan dibersihkan. Selama cuci darah berlangsung, dua buah jarum akan disisipkan pada lengan melalui akses dan diplester agar tidak berpindah posisi. Masing-masing jarum tersambung dengan selang yang dihubungkan ke mesin dialyzer. Mesin cuci darah akan menyaring darah perlahan-lahan, untuk menarik ”sampah racun”, dan cairan berlebih dari darah ke dalam cairan dialisat. Darah yang telah disaring kemudian masuk kembali melalui selang yang lain.
    “Selama proses berlangsung dapat dilakukan dengan posisi duduk atau berbaring, sambil menonton televisi, membaca, atau tidur. Proses pencucian darah tidak menimbulkan sakit, meski kadang timbul mual atau rasa kurang nyaman di perut. Selama proses cuci darah berlangsung, tekanan danah dan detak jantung dapat terpengaruh, sehingga perlu dilakukan beberapa kali pemeriksaan. Setelah selesai, jarum akan dilepas dan akses dan dilakukan penekanan pada daenah tersebut agar tidak berdarah, Berat badan akan ditimbang kembali dan pasien dapat pulang dan  beraktivitas seperti biasa, namun dengan memperhatikan asupan makanan dan obat”, ungkap Dr. Yoseph.  
    Nah, jika masih ada yang ingin Anda ketahui tentang pelayanan cuci darah di RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”, silakan menghubungi Unit Hemodialisa RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto”.



*Dimuat dalam Majalah Kasih edisi 36 ( OKTOBER-DESEMBER 2013)

Tentang Penulis

Patricia Putri

patricia putri

Prev NYERI PANGGUL MUNGKIN NYERI OVULASI
Next PAROTITIS EPIDEMIKA GONDONG, MUMPS

Tinggalkan Komentar