Logo

FORUM ILMIAH MEDIS RS. PANTI WILASA DR. CIPTO

FORUM ILMIAH MEDIS RS. PANTI WILASA DR. CIPTO

Forum Ilmiah Medis yang sering juga disebut Foril Dokter  merupakan kegiatan yang diperuntukan bagi dokter-dokter umum guna manambah ilmu pengetahuan di bidang kedokteran yang baru dan juga untuk saling menimba ilmu dan berdiskusi bersama. Untuk mengetahui isi dari Foril Medis tersebut, redaksi majalah Kasih meliput beberapa kegiatan tersebut untuk anda para pembaca setia.

Foril medis 20 Juli 2005
    Tema yang dipilih adalah ‘‘Anemia Defisiensi Besi’’ dengan pembicara Dr. Mika L tobing Sp PD-KHOM. Dalam makalahnya Dr. Mika L tobing menjelaskan bahwa orang disebut terkena anemia apabila kadar Haemoglobinnya mencapai 13% pada laki-laki dan 12% pada wanita. Anemia berdampak pada oksigenasi Jaringan yang menurun dengan gejala palpitasi, exhaustion, takhikardi, dyspnone, lightheadedness, fatique, anoreksia, nausea, dan libido menurun.
    Gambaran umum dari Anemia adalah kolerasi kadar Hb dengan keluhan tidak jelas, Irritabilitas dan nyeri kepala. Pada anak-anak umumnya terjadi gangguan pertumbuhan, perlambatan respon sensorik, rasa terbakar pada lidah sampai defisiensi Fe pada jaringan PICA.
    Jika kita lihat kondisi penderita Anemia Defisiensi Besi secara fisik menurut Dr. Mika Lumbantobing adalah pucat, lidah licin dan merah, stomatis, chemitisangularis, koilonychias, pendarahan/eskudat pada retina, splenomegali.    
    Pengobatan yang harus dilakukan pada penderita Anemia Defisiensi Besi adalah dengan Fe Oral dimana hal ini dilakukan apabila diet tak memadai, Fe Oral ini murah dan efisien dan tersedia dalam bentuk nonenteric coated tablet serta dapat menghindari hematic ganda. Pengobatan Fe Oral tidak diberikan bersama makanan, antasida, penghambat produksi asam lambung. Pengobatan cara ini diberikan selama 12 bulan setelah nilai hemoglobin normal dan diberikan 150 - 200 mg/hari dengan dosis 3 - 4/ hari 1 jam sebelum makan. Dengan metode ini 10 - 20%  penderita mendapat intoleransi saluran cerna yaitu :pyrosis, kontipasi, diarrhea, dan metallic taste.
    Metode pengobatan lain menurut Dr Tobing adalah  dengan Fe Parental, pengobatan ini tidak boleh digunakan sebagai pengobatan rutin, diberikan hanya bila ada indikasi Malabsorbsi, Intoleransi pada preparat oral (colitis, enteritis). Efek dari pengobatan ini lebih cepat dari pada Fe oral akan tetapi mengakibatkan kesulitan control/ kepatuhan. Pegobatan diteruskan sampai 12 bulan setelah nilai Hb dan Ht normal.
    Pengobatan lain yang hanya tersedia di USA adalah Iron Dextran, tiap 1 ml mengandung 50 mg besi elemental, 70%  siap digunakan untuk sintesis Hb.
    Kegagalan pengobatan dalam Anemia Defisiensi Besi sangat memungkinkan apabila pemilihan preparat oral salah, pendarahan tidak terkontrol, pengobatan tidak cukup lama, kurangnya kepatuhan, bersama dengan anemia defisiensi lain (seperti B12 , folic acid) dan juga bersama penyakit lain (seperti: infeksi, inflamasi, malignancy, penyakit ginjal/hepar).

Foril Medis 29 Juli 2005
    Sebagai pembicara dalam Foril Medis kali ini adalah Dr.dr. Tedjo Oedono Sp THT, dengan tema ‘‘Rinitis alergi dengan keadaan Hiperresponsiv saluran napas bawah’’. Dalam penyampaian materi dikatakan bahwa Alergi merupakan penyakit radang sistemik/ dengan gejala obyektif dan subjektif adalah laringtis. Spastic laring, trakheobronkhial dan edema subglotis, pada salah satu organ yang diikuti organ lain atau sejak awal pemunculan gejala tersebut diatas bersamaan pada beberapa organ, secara umum sering dibahas mengenai hubungan antara RA dengan asma begitu pula sebaliknya. Menurut      Dr. Tedjo Oedono gejala yang paling terlihat dari Rinitis Alergi dengan Hiperresponsive saluran bawah adalah timbulnya sesak nafas, apabila banyak gerak atau bicara dan juga terjadi edema glottis sesak nafas, selain itu suara juga menjadi serak sampai avoni. Keadaan HSNB yang sering bersamaan dengan RAP adalah LR, LSR. TBSR dan Asthma, HSNB kebanyakan tipe 1 yaitu 770 kasus (80,82%) sedang tipe 2 terdapat pada kasus TBSK, asthma dan LR sebanyak 182 (19,1176%), Tipe RAP yang bersamaan dengan HSNB adalah tipe A sebanyak 453, tipe B sebanyak 366, tipe C sebanyak 120 dan tipe D sebanyak 13 sedang tipe E tidak ada, terapi medika mentosa terdiri atas terapi RAP derajat berat disertai dengan terapi kasus per kasus HSNB sedangkan terapi operatif yaitu trakheostomi. Dalam penyampaiannya dokter yang didatangkan khusus dari Jakarta ini cukup simpatik dan mendapat tanggapan dari para peserta.

Foril Medis 12 Agustus 2005
    ‘‘The Cognitive Problems and Learning Disability In Epilepsy’’ adalah tema pada Foril Medis yang disampaikan oleh Dr. Endang Kustiwati, Sp.S. Divisi Stroke dan Epilepsy Departemen Neurolosi Universitas Diponegoro adalah kantornya. Ketidakmampuan belajar pada anak merupakan masalah yang tidak mudah untuk diobati untuk itu perlu perhatian yang lebih dalam menangani pasien yang mempunyai masalah dalam belajar atau mempelajari sesuatu. Dr. Endang Kustiwati dalam mengobati pasien yang mempunyai ketidakmampuan belajar dan masalah dalam pengetahuan kadang menggunakan obat yang biasa dipakai oleh penderita epilepsy. Karena menurutnya ada suatu ikatan yang kuat antara Epolepsi dengan masalah cognitive.

Foril medis 24 Agustus 2005
    Dr. Bambang Sudarmanto Sp.A. menjadi pembicara dengan mengangkat makalahnya yang berjudul ‘‘Pengobatan Probiotik dan Prebiotik pada diare anak’’. Diare merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia selain Infeksi, dan Gizi yang menyebabkan gangguan tumbuh kembang anak. Pengobatan probiotik adalah mikroorganisme yang bila dikonsumsi per oral akan memberikan dampak positif bagi kesehatan dan merupakan strain flora usus normal dan telah diisolasi darti tinja manusia sehat. Sedangkan Prebiotik adalah substrat, umumnya karbohidrat yang bila dikonsumsi akan merangsang pertumbuhan kuman probiotik. Yang paling banyak digunakan adalah inulin dan fruktooligosakarida, keduannya terbukti merangsang pertumbuhan bifidobakteria dalam lumen usus. Menurut Dr. Bambang mekanisme kerja probiotik  ada tiga aspek yaitu aspek kompetisi yang menghambat pertumbuhan bakteri pathogen, aspek stabilisasi barier yangmenekan reaksi inflamsi mukosa usus dan memulihkan enterosit, dan aspek imunologis yang mempengaruhi sistem imun mukosa usus dan imun spesifik. Mekanisme kerja kerja prebiotik adalah memperbaiki malabsoebsi laktosa, meningkatkan ketahana alami saluran cerna, memperbaiki metabolisme lipid dan menurunkan kadar kolesterol darah, memperbaiki pencernaan dan imunitas dan supresi kanker. Dalam akhir makalahnya Dr. Bambang Sudarmanto menyimpulkan bahwa Probiotik bermanfaat untuk pencegahan dan pengobatan beberapa penyakit saluran cerna, sedangkan penggunaan probiotik aman akan tetapi perlu hati-hati terhadap penderita dengan imunokompromais.

 

*Dimuat dalam Majalah Kasih edisi 3 (JULI-SEPTEMBER 2005)

Tentang Penulis

Patricia Putri

patricia putri

Prev POLIOMIELITIS
Next GATHERING DOKTER : MALAM SEJUTA KASIH

Tinggalkan Komentar