Logo

KETAATAN DALAM PENCOBAAN

KETAATAN DALAM PENCOBAAN

    Satu hal yang harus kita sadari bahwa dalam segala bentuk kegiatan kita “pasti ada aturannya” tapi apakah saudara tahu seberapa pentingnya ketaatan pada sebuah “aturan” itu?
    Ada sebuah cerita…..seorang ibu, sebut saja ibu Tulalit….sedang sakit batuk. Batuk yang sudah biasa dan sering ia derita jika cuaca panas serta berdebu. Dia membeli obat batuk yang sama persis seperti yang biasa ia minum, tapi aneh 3 hari minum obat tidak kunjung sembuh, maka sudah tak sabar lagi bu Tulalit pun meminum obat batuk itu kembali.
    Sayang, sehari kemudian sang ibu sudah tergeletak tak berdaya “meninggal dunia”.  Semua orang bingung, masa to, gara-gara minum obat batuk “nyawa melayang”. Namun akhirnya diketahui penyebab kematian ibu Tulalit, karena obat batuk yang diminum tidak sesuai aturan, seharusnya 3 x 1 sehari, tapi diminumnya 3 x 3 sehari (over dosis) sehingga jantungnya tidak kuat dan berhenti.
    Dari cerita ibu Tulalit dapat dilihat betapa pentingnya sebuah “ketaatan” pada sebuah aturan, pelanggaran terhadap aturan bisa berdampak negative, merugikan bahkan mengerikan, nyawa taruhannya.
    Demikian juga kehidupan “iman” kita. Kita tidak bisa lepas dari aturan yang ada. Firman Tuhan adalah 'aturan iman yang diberikan pada kita'. Pada sisi lain terdapat sebuah kenyataan bahwa hidup kita ini selalu beriringan dengan tantangan, penderitaan dan cobaan yang terkadang membawa kita bukan pada “ketaatan” tetapi malah menggiring kita kedalam “pelanggaran”.
    Lukas 4 : 1–13 juga Ulangan 26 : 1-11 merupakan perbandingan pengalamaan yang dilakukan bangsa Israel dan oleh Yesus. Saat itu Israel mengucap syukur atas segala peristiwa yang sudah dialaminya bersama Tuhan. Tuhan sungguh menolong mereka dari penindasan di Mesir bahkan dalam pengembaraan “40 tahun” di padang gurun selalu dalam perlindungan Tuhan.
    Satu kenyataan yang harus diterima oleh Israel adalah saat Israel melakukan 'PELANGGARAN' mendapatkan 'HUKUMAN', tapi saat Israel 'TAAT' mendapatkan 'KESELAMATAN'.
    Dibandingkan dengan kisah “pencobaan” Yesus, keduanya memiliki kesamaan angka “40” dan sama-sama di padang gurun. Yesus datang ke dunia ini sebagai manusia, turut menderita dan dicobai seperti kita. Yesus juga merasa lapar, haus, sakit, pedih bahkan marah. Betapa manusiawinya Yesus itu, betapa dekatnya DIA dengan kemanusiaan kita. Pencobaan di padang gurun ini dilakukan untuk meng-kaburkan posisi misi Yesus dalam kemanusiaan tersebut. Pencobaan itu memancing Yesus untuk menunjukkan ke'ALLAHANNYA', namun yang terjadi diluar harapan iblis, “YESUS MENANG” atas pencobaan tersebut, karena Yesus “mentaati firman”, dimana 3 x Yesus mengatasi cobaan itu dengan ilham firman yang tertulis dalam Kitab Suci.
    Ketaatan akan tugasNya didunia memampukan Yesus berkemenangan dalam pencobaan. Dan kita mampu melihat kunci kemenangan Yesus Kristus adalah 'Ketaatan' pada firman. Demikian juga dalam Roma 10 dan Mazmur 91, memberikan 'pengakuan' bahwa yang memperoleh keselamatan hanyalah orang yang percaya 'dalam bentuk KETAATAN' pada SANG PELINDUNG YESUS KRISTUS.
    “Firman itu dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu” (Roma 10 : 8b). Ayat ini memberikan makna adanya konsekuensi logis saat firman itu hadir di dalam hati, Ia juga hadir dalam tubuh secara nyata, diwujudnyatakan dalam ucapan dan tindakan. Iman atau kepercayaan pada Yesus Kristus Sang Penyelamat menjadi tolok ukur keselamatan bagi kehidupan kita. Sungguh betapa indahnya hidup ini jika kita menakuti pertolongan Tuhan itu dalam ketaatan.
    Pokok utama yang harus kita refleksikan saat ini adalah bagaimana kita memiliki ketahanan terhadap pencobaan hidup saat ini. Setiap orang memang memiliki pengalaman yang berbeda-beda, memiliki bentuk kesengsaraan, penderitaan, peperangan rohani yang berbeda pula, tetapi cara mengatasinya tetap sama yaitu “ketaatan” akan “Firman Tuhan”.
Namun pertanyaan yang sering muncul “sudahkah, kita benar-benar memiliki ketaatan akan Firman Tuhan itu?” Karena ada 2 kemungkinan saat orang masuk dalam kesengsaraan, penderitaan hidup, perang rohani atau segala tantangan hidup yang mesti dihadapinya.
    Pertama : taat pada Firman Tuhan, mengikuti dan meneladani sikap Yesus yang setia, taat pada tugasnya saat mengalami pencobaan, sehingga ia mendapatkan pertolongan dan keselamatan yang sempurna dari Tuhan.
    Kedua : melanggar firman, bahkan menjauh dari Tuhan, merasa bahwa Tuhan tidak mampu membantu, menolong hidupnya, akhirnya menjadi murtad.
    Kemungkinan-kemungkinan tersebut bisa saja merasuk dalam kehidupan iman kita, tetapi secara logika, nalar sederhana, sebenarnya aneh. Jika ada orang terperosok pada permasalahan hidup, penderitaan, pencobaan, kok malah pergi menjauh, meninggalkan Tuhan, bukankah seharusnya orang tersebut lebih mendekatkan diri pada Tuhan, berserah penuh dan taat pada firman Tuhan.
    Pencobaan, penderitaan, permasalahan  hidup memang terasa berat, tetapi sebenarnya semuanya itu hanyalah “kertas kecil” dan yang salah adalah “bagaimana kita meletakkan kertas itu”. Kita cenderung meletakkan kertas kecil itu tepat menempel dimuka kita. Sehingga mata kita jadi “gelap”, hidup kitapun terasa hitam ditutupi banyak masalah, hingga kita tidak mampu melihat sesuatu yang lain, bahkan kita tidak bisa melihat dan merasakan kehadiran Tuhan Sang Pelindung kita.
    Cobalah…letakkan 'kertas kecil' itu ditempat yang lain, dan serahkan pada Tuhan, lakukanlah ketaatan, karena ketaatan didalam pencobaan akan membuahkan pertolongan Tuhan.
    Selamat memperbaharui “ketaatan” akan firman Tuhan, sehingga kita mendapatkan “pertolongan & keselamatan” yang sempurna dari Tuhan.

 

{ Oleh : Hari Sudarmanto } 

*Dimuat dalam Majalah Kasih Edisi 33 ( JANUARI - MARET 2013

Tentang Penulis

Patricia Putri

patricia putri

Prev BERTERUS TERANG
Next VERUKA VULGARIS

Tinggalkan Komentar