Logo

MEMAKNAI NATAL

natal
MEMAKNAI NATAL

 Setiap bulan Desember, bayangan akan peristiwa natal muncul kembali. Kita mulai disibukkan menyambut Natal dengan berbagai hal : Persiapan acara perayaan Natal, sibuk berlatih paduan suara, drama, operet dan sebagainya, yang lain sibuk menggalang dana Natal untuk merayakan. Keluarga mulai mengeluarkan pohon Natal, memajang di ruang tamu dan mempersiapkan hadiah-hadiah natal bagi setiap anggota keluarga. Bukankah itu yang dilakukan untuk memperingati Natal?

 

     Yang kita lakukan tidak salah karena peristiwa Natal adalah bukti cinta kasih Allah pada dunia, karena itu tentu kita bersukacita menyambutnya. Masalahnya, seringkali, ketika kita merayakan natal, makna natal yang sesungguhnya menjadi kabur bahkan hilang.
      Kesaksian Injil berkaitan dengan peristiwa natal, memberikan makna hakiki yaitu :
Natal : Peristiwa Perjumpaan yang Membawa Sukacita
    Injil Lukas 2:20, melukiskan perjumpaan bayi Yesus dengan para gembala menimbulkan sukacita yang luar biasa bagi para gembala sehingga dilukiskan 'maka kembalilah gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan Allah' . Sukacita gembala terjadi karena berjumpa dengan bayi Yesus.
    Manusia adalah mahluk perjumpaan, artinya hampir seluruh hidupnya diisi dengan perjumpaan dengan sesamanya. Persoalan yang terjadi adalah seringkali perjumpaan antar manusia menimbulkan kebencian, saling mencari keuntungan, dengan pamrih bagi diri sendiri.
    Natal memberikan makna sejati bagi perjumpaan yaitu bahwa perjumpaan menjadi bermakna sebagai perjumpaan antar manusia ketika membawa sukacita. Karena itu tugas kita  sebagai mahluk perjumpaan adalah untuk membawa sukacita bagi sesama yang Tuhan perjumpakan dengan kita. Seperti gembala, kita telah memperoleh sukacita dalam perjumpaan kita dengan Yesus dan Tuhan ingin kita seperti bayi Yesus yang mampu membawa sukacita bagi sesama dalam setiap  perjumpaan kemanusiaan kita. Natal bermakna apabila kita mau membawa sukacita dalam setiap perjumpaan dengan sesama

Natal : Selalu Ada yang Bisa Kita Berikan dalam Kehidupan
    Injil Matius mengisahkan tiga orang Majus yang datang kepada bayi Yesus dan mempersembahkan milik mereka (Matius 2: 1-12). “…Merekapun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan KepadaNya, yaitu mas, kemenyan dan mur”(ayt 11b).
    Manusia diciptakan Tuhan sebagai mahluk pemberi, artinya selalu ada dalam hidup manusia bagian dari kehidupannya yang dapat diberikan bagi sesamanya. Gambaran orang majus adalah gambaran dari manusia dengan segala potensinya untuk memberi (mempersembahkan). Yang menjadi persoalan manusia seringkali merasa rugi, merasa kehilangan ketika harus memberi.
    Peristiwa natal adalah peristiwa memberi dengan sukacita. Allah memberikan diri-Nya bagi dunia dalam ujud bayi Yesus dan orang Majus memberi (baca: mempersembahkan) miliknya bagi bayi Yesus.
    Orang majus yang digambarkan sebagai tiga raja yang mempersembahkan tiga benda yang berbeda, dapat dipahami sebagai diri kita masing-masing. Setiap kita memiliki potensi yang dapat dikembangkan dan diberikan bagi kehidupan.
    Natal bermakna ketika kita dengan sukacita mau memberikan potensi yang ada dalam diri untuk diberikan bagi kehidupan, bagi sesama. Ketika kita memberikan yang ada bagi kita untuk kebaikan sesama, kita sedang menjadi orang Majus yang bertelut sambil membuka dan mempersembahkan miliknya bagi bayi Yesus.

Natal : Menjalani hidup dengan mencerminkan kemuliaan Allah
    Injil Yohanes menulis dengan 'gaya' yang berbeda tentang kedatangan Tuhan Yesus. “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam diantara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran” (Yoh. 1: 14).
    Berita natal dalam Injil Yohanes bahwa Firman itu telah menjadi manusia, menjadi manusia yang mampu mencerminkan kemuliaan Allah, penuh kasih karunia dan kebenaran bermakna bahwa manusia yang telah bersama dengan Yesus, seharusnya mampu mencerminkan kemuliaan Allah.
    Natal bermakna ketika kita  mau sungguh – sungguh  hidup dapat mencerminkan kemuliaan Allah, mau hidup dalam kasih karunia dan kebenaran.

Natal : Peristiwa di sini dan dalam kekinian
    Meskipun natal selalu diperingati dalam bulan Desember, bahkan hari lahir Yesus  ditetapkan tanggal 25 Desember, sebenarnya itu adalah perkembangan dalam tradisi-tradisi kekristenan. Injil hanya menyaksikan peristiwa kedatangan Yesus dengan versinya masing-masing tanpa menyebut waktunya secara tepat.
    Natal merupakan peristiwa kedatangan, kehadiran Allah bagi manusia, dengan demikian natal dapat menjadi pertistiwa di sini dan dalam kekiniaan.
    Natal bermakna ketika kita dapat merasakan kehadiran Tuhan di sini dan dalam kekinian. Natal terjadi kapan saja ketika manusia mau menerimanya.
    Selamat Natal. 

 

{oleh : Pdt. Anung Trirumantyo, S.Th}

 

*Dimuat dalam Majalah Kasih edisi 28 (OKTOBER-DESEMBER 2011)

Tentang Penulis

Patricia Putri

patricia putri

Prev HATI-HATI 140/90 HIPERTENSI
Next RUMPUT LAUT PENOLAK KANKER DAN PENYAKIT GONDOK

Tinggalkan Komentar