Logo

MENGENAL DAN MENGATASI ANAK TERLAMBAT BICARA

MENGENAL DAN MENGATASI ANAK TERLAMBAT BICARA

Bahasa merupakan cara untuk berkomunikasi yang utama. Dengan bahasa kita dapat menyampaikan maksud ke orang lain. Bahasa juga merupakan salah satu cara untuk mengenalkan kebudayaan dari generasi ke generasi. Bahasa dapat berupa bahasa verbal maupun non verbal. Bahasa verbal berupa bicara sedangkan bahasa nonverbal misalnya berupa gesture. Pada saat bayi lahir, mereka belum memiliki kemampuan untuk bicara. Untuk terbentuknya kemampuan berbicara, dipengaruhi oleh kondisi anak dan faktor lingkungan. Dua syarat penting untuk berbicara adalah fungsi pendengaran yang baik dan intelegensi yang cukup.

     Gangguan bahasa dan bicara merupakan hal yang penting untuk dikenali pada perkembangan anak, namun masih sering terlewatkan baik karena ketidakmengertian orang tua atau pengenalannya yang terlambat. Semakin dini keterlambatan ini dikenali, semakin dini stimulasi dan pengobatan dilakukan, maka hasilnya akan semakin baik. Namun biasanya gangguan bicara yang dikenali dini oleh orang tua merupakan gangguan bicara yang berat dan menonjol dimana kemungkinan untuk perbaikan secara sempurna adalah kecil.
Bagaimana seorang anak disebut mengalami keterlambatan bicara?
Keterlambatan bicara anak yaitu ketika anak mengalami suatu keterlambatan perkembangan kemampuan berbicara dan atau berbahasa dibandingkan dengan kontrol yang sesuai menurut usia, jenis kelamin, latar belakang budaya, dan kecerdasannya, atau perbedaan kemampuan potensi anak untuk berbicara dan kinerja yang benar-benar diamati.
Seberapa banyak kejadian gangguan bicara di masyarakat?
Prevalensi gangguan bicara berkisar antara 1% - 32% pada populasi normal. Hal ini dialami oleh 8% anak usia pra sekolah dan hampir 20% pada anak berumur 2 tahun. Paling sering terjadi pada usia 3-16 tahun. Terjadi lebih banyak pada anak laki-laki dan pada sosial ekonomi yang rendah.
Bagaimana proses berbicara dan perkembangan berbicara terjadi?
Untuk dapat berbicara dengan baik diperlukan dua aspek yaitu aspek sensorik (input bahasa) yang melibatkan mata dan telinga, serta aspek motorik (output bahasa) yang melibatkan vokalisasi dan pengaturan bahasa. Otak memiliki tiga pusat yang mengatur mekanisme berbahasa, yaitu pusat persepsi bahasa lisan yaitu area Wernicke dan pusat persepsi bahasa tulisan yaitu area 39 Brodmann, serta pusat bahasa ekspresif yaitu area Brocca.
Namun untuk dapat berkomunikasi dengan baik, selain aspek-aspek tersebut, juga dipengaruhi oleh stimulasi dari lingkungan, yaitu keaktifan orang tua atau lingkungan dan pola mendidik anak.
Secara umum perkembangan bahasa anak dibagi menjadi 5 tahap,yaitu:
1. Vokalisasi reflektif
Saat baru lahir, bayi menangis secara refleks. Bayi belum mampu merespon secara berbeda, merespon berbagai stimulasi dengan menangis saja.
2. Babbling
Babbling yaitu suara yang dikeluarkan saat bayi merasa lapar atau tidak nyaman, dimana suara ini dapat dibedakan  sesuai keinginan atau perasaan bayi. Bayi mengeluarkan vokal terlebih dahulu dibandingkan dengan konsonan. Sesuai dengan usia bayi 4-9 bulan.
3. Lalling
Bayi mulai bersuara meskipun masih tidak jelas, seperti “Ba..ba..ma..ma..” Terjadi sejak bayi berumur 6 bulan. Fungsi pendengaran yang baik berperan penting dalam perkembangan tahap ini.
4. Echolalia
Anak akan mulai meniru suara yang didengarkannya dari lingkungan sekitar. Juga akan menggunakan ekspresi wajah atau gerakan tangan ketika ingin menyatakan sesuatu. Tahap ini terjadi saat usia anak 9-10 bulan.
5. True Speech
Yaitu dimana anak benar-benar mulai berbicara dengan kata-kata meskipun pengucapannya belum sempurna. Tahap ini terjadi pada usia 12-13 bulan. Sebelum dapat berbicara, anak terlebih dahulu harus telah mengerti pembicaraan.
Sebagai orang tua kita perlu memahami sampai tahap apa anak kita seharusnya dapat berbicara, karena pengenalan yang semakin dini dan penanganan serta stimulasi seawal mungkin akan memberikan hasil yang lebih baik dan maksimal daripada pengenalan yang telah terlambat. Keterlambatan di satu tahap pada anak juga akan menyebabkan keterlambatan-keterlambatan lain pada tahap perkembangan anak selanjutnya. Di bawah ini terdapat tabel tahap-tahap perkembangan berbicara dan berbahasa anak yang normal yang dapat menjadi bahan acuan orang tua di rumah.

Lalu apa saja bentuk - bentuk gangguan bicara pada anak ?

Terdapat lima garis besar gangguan yang terjadi dalam perkembangan berbicara anak, yaitu :
1. Gangguan Artikulasi, yaitu gangguan berupa kesulitan mengucapkan suara tertentu, yang sering terjadi misalnya pengucapan huruf “r”. Biasanya gangguan ini dapat diperbaiki dengan latihan.
2. Gangguan kefasihan berbicara, yaitu terganggunya arus bicara karena hambatan yang abnormal, misalnya karena gagap.
3. Gangguan suara, yaitu masalah volume, atau kualitas suara yang mengalihkan perhatian pendengar dari apa yang dia katakan. Jenis gangguan ini dapat menyebabkan rasa sakit atau ketidaknyamanan bagi anak ketika berbicara.
4. Keterlambatan bicara, yang ditandai dengan ketidakmampuan anak mencapai tahapan perkembangan berbahasa setara dengan anak normal seusianya.
5. Afasia, yaitu kehilangan sebagian atau keseluruhan kemampuan anak untuk berbicara (afasia motorik) atau memahami bahasa.

Apa saja penyebab keterlambatan berbicara pada anak?
    Keterlambatan berbicara dan berbahasa pada anak dapat disebabkan oleh berbagai kelainan, beberapa diantaranya yang tersering akan diuraikan di bawah ini.

Retardasi mental
Retardasi mental merupakan penyebab tersering keterlambatan berbicara, yaitu lebih dari 50% kasus yang ada. Semakin berat retardasi mental yang dialami, keterlambatan berbicara yang terjadi pun akan semakin berat, serta dapat disertai dengan gangguan motorik dan pemahaman pendengaran.

Gangguan Pendengaran
Merupakan penyebab tersering kedua dari keterlambatan berbicara dan berbahasa. Dapat berupa tuli konduksi, tuli saraf, atau campuran. Gangguan pendengaran yang terjadi pada tahap awal perkembangan dapat menyebabkan keterlambatan yang serius.

Keterlambatan maturasi saraf pusat
Dalam kondisi ini, penundaan terjadi dalam pematangan sistem saraf pusat yang diperlukan untuk menghasilkan bicara. Lebih sering terjadi pada anak laki-laki dan riwayat keluarga dengan keterlambatan bicara. Namun anak dengan kondisi ini akan memiliki perkembangan bicara yang normal pada usia masuk sekolah.

Gangguan bahasa ekspresif (=Afasia perkembangan ekspresif)
Anak dengan kelainan ini gagal mencapai tahapan perkembangan bahasa normalnya karena ketidakmampuan menenjemahkan bahasa perseptif yang ada menjadi bahasa ekspresif sehingga tidak muncul bicara. Namun anak memiliki kecerdasan normal, pendengaran yang normal, hubungan emosional yang baik, serta kemampuan artikulasi yang normal.

Autisme
Yaitu gangguan perkembangan berbasis neurologis dengan onset sebelum usia 36 bulan, ditandai dengan keterlambatan dan penyimpangan perkembangan bahasa, kegagalan mengembangkan kemampuan berinteraksi dengan orang lain, perilaku ritualistik dan kompulsif, termasuk aktivitas motorik stereotipik yang berulang. Beberapa kelainan bicara anak autis berupa echolalia, dan penggunaan kata ganti yang terbalik. Kualitas bicara anak autis umumnya lemah dan membentuk irama lagu.

Bagaimana penatalaksanaan gangguan bicara pada anak?
    Untuk mengatasi dan mencegah gangguan bicara anak pertama-tama tentu perlu pengenalan akan tanda-tanda keterlambatan, terutama dari orang terdekat yaitu orang tua atau pengasuh bayi/anak. Dari tahap-tahap perkembangan yang telah diuraikan diatas, yang paling penting diketahui orang tua dan merupakan tanda bahaya keterlambatan perkembangan bicara anak yaitu jika saat usia 12 bulan belum ada babbling, usia 16 bulan tidak ada kata, usia 24 bulan tidak ada 2 kata yang dapat dimengerti, atau jika terjadi kehilangan kemampuan berbicara / sosial pada semua umur. Jika hal ini ditemui, segera bawa anak Anda ke dokter.
    Untuk pengobatan, tergantung pada penyebab dan umur anak. Dapat dilakukan suatu terapi wicara yang umumnya dilakukan oleh tim yang terdiri dari dokter, beberapa terapis dan orang tua. Anak dengan perilaku agresif sebaiknya diberikan terlebih dahulu terapi perilaku atau sensori terintegrasi. Kadang diperlukan obat agar anak lebih tenang dan dapat berkonsentrasi lebih baik.
    Hasil terapi biasa baru terlihat setelah beberapa rentang waktu. Perlu dilakukan evaluasi tiap 3-6 bulan untuk memantau hasil terapi dan penyesuaian intervensi.
    Dengan pengenalan dini, pemilihan terapi yang tepat, dan pendekatan individual sedini mungkin dapat mengurangi risiko terjadinya masalah psikologis atau kejiwaan anak di kemudian hari sehingga tumbuh kembang anak yang optimal dapat tercapai.

 

{ Oleh : dr. Dian Indriani }

*Dimuat dalam Majalah Kasih Edisi 31 ( JULI - SEPTEMBER 2012 )

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tentang Penulis

Patricia Putri

patricia putri

Prev CACAR AIR ATAU VARISELA
Next PENGELOLAAN ISK-ANAK DALAM PRAKTIK SEHARI-HARI

Tinggalkan Komentar