Logo

MUSIM HUJAN, AWAS DIARE

MUSIM HUJAN, AWAS DIARE

     Diare memang bukan penyakit yang hanya muncul saat musim hujan, akan tetapi kejadiannya bertambah saat musim penghujan tiba. Seseorang dikatakan diare bila dalam sehari mengalami buang air besar sedikitnya 3 kali atau lebih dengan tinja yang encer/dalam bentuk cairan.  Diare dapat ditularkan melalui tinja yang mengandung kuman penyebab diare. Tinja tersebut dikeluarkan oleh orang sakit atau pembawa kuman yang berak di sembarang tempat. Tinja mencemari lingkungan misalnya tanah, sungai, air sumur. Orang sehat yang menggunakan air sumur atau air sungai yang sudah tercemari, bisa menderita diare. Diare juga dapat dikarenakan pencemaran makanan oleh serangga (lalat, kecoa, dll). Hal ini yang menyebabkan mengapa kejadian diare biasanya meningkat saat musim hujan.
     Penyakit ini bisa mengenai siapa saja, tidak mengenal usia. Bayi, anak-anak sampai orang dewasa bisa terkena diare. Banyak penyebab dari diare, yang tersering adalah infeksi, baik infeksi virus, bakteri, atau parasit dan juga karena alergi atau intoleransi terhadap makanan atau obat tertentu termasuk susu. Namun yang terpenting dari kejadian diare ini adalah akibat dari diare itu sendiri. Karena sering penyakit diare ini berakibat fatal bahkan tidak jarang terjadi kematian.
     Akibat yang harus kita waspadai dan kita cegah dari penyakit diare ini adalah dehidrasi. Sering kali penderita diare datang ke pelayanan kesehatan/ rumah sakit sudah dalam keadaan dehidrasi bahkan syok hipovolemik. Banyak carian tubuh terbuang karena diare yang sering kali disertai juga dengan muntah. Seperti kita ketahui bahwa 60% massa tubuh kita ini adalah cairan, bahkan pada bayi/anak-anak sekitar 80% massa tubuh. Sehingga terbuangnya cairan karena diare bila tidak ditangani dengan baik akan berakibat fatal terutama pada bayi/anak-anak.
     Dehidrasi adalah keadaan di mana tubuh kita kekurangan cairan. Sedangkan syok hipovolemik suatu keadaan di mana tubuh kekurangan cairan sebegitu rupa sehingga berakibat syok atau kegagalan perfusi/sirkulasi aliran darah menuju jaringan/organ sehingga jaringan/organ kekurangan oksigen dan berakibat kematian organ. Dehidrasi merupakan ancaman kematian yang menyebabkan lebih dari satu juta anak di dunia meninggal dunia tiap tahunnya. Penyebab paling umum adalah diare yang kabarnya menyebabkan lebih dari 1,5 juta anak kecil di negara berkembang meninggal dunia setiap tahunnya.
     Ada tiga tingkatan dehidrasi, yaitu dehidrasi ringan, sedang dan berat. Meski demikian, kita tidak boleh menganggap enteng bila suatu diare sudah masuk dalam kondisi dehidrasi meskipun itu masih ringan, karena bagaimanapun dehidrasi ringan akan sangat mudah berpotensi menjadi lebih berat. Tanda dari dehidrasi adalah :

  1. Ubun-ubun besar teraba cekung. Pada bayi sampai usia sekitar 1,5 tahun ubun-ubun besar belum nenutup. Caranya dengan meraba ubun-ubun besar di atas kening.
  2. Mata cowong, kedua kelopak mata cekung, kesan seperti mata sayu.
  3. Menangis tidak keluar air mata.
  4. Anak rewel atau apatis, lesu dan mengantuk.
  5. Demam.
  6. Nafsu minum/mengenyot berlebihan, pada dehidrasi yang ringan dan sedang. Namun bila dehidrasinya berat, biasa justru tidak merasa haus lagi.
  7. Mulut dan lidah terlihat kerin.
  8. Turgor kulit atau kekenyalan/kelenturan kulit berkurang, caranya dengan menjepit atau mencubit kulit sekitar perut di atas pusar selama 30-60 detik, kemudian lepaskan. Hasil cubitan kulit terkesan lebih keriput. Bila turgor kulit masih baik, kulit akan cepat kembali ke keadaan semula. Bila dehidrasi, kembalinya akan lambat, lebih dari atau sama dengan 2 detik
  9. Denyut nadi meningkat.
  10. Volume kencing berkurang atau pada bayi menjadi berkurang frekuensi ngompolnya. Lebih dari 6 jam tidak ngompol. (rata-rata normal volume kencing dalam sehari adalah 1cc/kgBB/jam).

     Pada orang dewasa tanda dehidrasi sering dilihat dari peningkatan denyut nadi > 100 kali per menit, turgor kulit yang meningkat, keinginan untuk minum yang meningkat, penurunan volume kencing. Rata-rata normal volume kencing dalam sehari adalah 1cc/kgBB/jam. Bila misalnya seseorang penderita diare dengan berat badan 50 kg, pengeluaran kencing dalam sehari minimal 50 X 1cc X 24 jam = 1200cc. Jadi jika dalam sehari pengeluaran kencing kurang dari 1200cc bisa jadi  orang tersebut sudah masuk kondisi dehidrasi.
     Bila kita menjumpai salah satu tanda saja seperti tersebut di atas, itu berarti penderita diare tersebut sudah masuk pada keadaan dehidrasi dan perlu mendapatkan penanganan yang tepat.
     Pencegahan supaya tidak jatuh dalam kondisi dehidrasi adalah memastikan seberapapun volume cairan yang keluar melalui diare, sebesar itu pula volume yang harus masuk dalam tubuh kita sebagai pengganti, tentunya melalui minum. Apapun minumannya, yang penting cairan. Tetapi memang sangat dianjurkan cairan yang mengandung elektrolit. Karena cairan yang keluar melalui diare bukan hanya air, tetapi didalamnya terkandung elektrolit tubuh kita yang belum sempat terserap.
     Dalam hal ini disarankan cairan Oralit yang sudah banyak tersedia bebas dipasaran, apotek atau toko obat, dalam bentuk kemasan. Larutkan 1 bungkus oralit kemasan ke dalam 1 gelas belimbing air matang. Cairan oralit dapat dibuat sendiri dengan cara mencampur seujung sedok teh garam, 2 sendok teh gula dilarutkan dalam 1 gelas belimbing air matang (200 cc).
     Minumkan sebanyak penderita mau minum dengan cara sedikit-sedikit tetapi sering. Berikan cairan dengan sendok, sesendok tiap 1-2 menit. Untuk anak yang lebih besar dapat diberikan minum langsung dari gelas/cangkir dengan tegukan yang sering. Jika terjadi muntah, ibu dapat menghentikan pemberian cairan selama kurang lebih 10 menit, selanjutnya cairan diberikan perlahan-lahan (misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit). Pada bayi, ASI  tetap terus diberikan.
     Di samping itu perlu segera mendapatkan penanganan diarenya itu sendiri dan juga dicari apa penyebab dari diare tersebut agar mendapatkan pengobatan lebih tepat. Apabila ada kecurigaan karena makanan, entah karena alergi atau intoleransi, harus segera dihentikan dan selanjutnya dihindari. Selama  diare, kurangi konsumsi makanan tinggi serat, seperti sayuran, buah, puding atau agar-agar. Karena makanan tinggi serat dapat meningkatkan kerja peristaltik usus sehingga justru memperberat diarenya. Hindari makanan pedas dan asam. Pada bayi yang menkonsumsi susu formula, dianjurkan untuk sementara diganti dengan susu bebas laktosa.
     Yang memperberat dari kasus diare adalah seringkali disertai dengan muntah. Karena dengan muntah akan sulit untuk memasukkan cairan pengganti melalui mulut. Hal ini akan mudah sekali masuk dalam keadaan dehidrasi. Sehingga bila kita menjumpai diare yang disertai muntah ada baiknya konsultasikan dengan petugas medis untuk mendapat penanganan yang diperlukan.
    Bila sudah masuk pada kondisi dehidrasi, tindakan yang dilakukan adalah rehidrasi, yaitu mengembalikan kekurangan cairan yang hilang. Rehidrasi dapat dilakukan dengan oral (lewat mulut) ataupun lewat cairan infus, tergantung seberapa berat tingkat dehidrasi dan frekuensi diare/muntahnya. Tentunya dalam hal ini diperlukan penanganan petugas medis agar mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat untuk menghindari kejadian yang lebih berat.
     Pencegahan diare tentunya dengan menjaga kebersihan lingkungan. Mencuci tangan pakai sabun dengan benar pada lima waktu penting yaitu sebelum makan, setelah buang air besar, sebelum memegang bayi, setelah membersihkan anak dari BAB, dan sebelum menyiapkan makanan. Konsumsi makanan/ minuman yang bersih dan sehat. Makanan dapat terkontaminasi oleh penyebab diare pada tahap produksi dan persiapan, dan penyimpanan. Masaklah makanan dengan benar, pisahkan makanan yang telah dimasak dan yang belum dimasak, pisahkan pula makanan yang telah dicuci bersih dan yang belum dicuci, dan jaga makanan dari serangga seperti lalat. Meminum air minum sehat, atau air yang telah diolah, antara lain dengan cara merebus. Kebersihan alat makan, botol susu pada bayi. Pengelolaan sampah yang baik supaya makanan tidak tercemar serangga (lalat, kecoa, kutu, lipas, dan lain-lain). Buang air besar dan air kecil pada tempatnya
    Jadi, cegah diare, waspadai dan cegah terjadinya dehidrasi dengan mengenali tanda-tandanya. Segera periksakan diri, agar terhindar dari hal yang lebih berat yang tidak kita inginkan. CEGAH DIARE.... WASPADAI DEHIDRASI... 

 

{oleh : Dr. Nugroho Budi}

 

*Dimuat dalam Majalah Kasih edisi 20 (OKTOBER-DESEMBER 2009)

Tentang Penulis

Patricia Putri

patricia putri

Prev POLA MAKAN YANG TIDAK TERATUR BISA KENA SAKIT JANTUNG
Next HEMOFILIA

Tinggalkan Komentar