Logo

ORANG TUA DAN ANAK

ORANG TUA DAN ANAK

”Bunda, putramu datang menghadap.” Kalimat itu diucapkan oleh U Bun Kheng Shek, salah seorang ”anak” dari Raja Kerajaan Lauw Lan, setelah ia “terbunuh” oleh pembunuhan yang direncanakan ibunya..

Di dalam cerita The Impecable Twin ini diceritakan, bahwa sang permaisuri ini, Yu Lok Yan, awalnya adalah istri dari pendekar Yan Lam Thian, yang kemudian diculik oleh raja kerajaan Lauw Lan waktu ia sedang hamil. Waktu Lok Yan diculik, pendekar Yan sedang pergi meninggalkan istrinya untuk menolong saudaranya yang dalam kesulitan, namun kemudian sial baginya, ia masuk perangkap ke lembah penjahat dan kemudian kalah bertarung, dan jatuh dalam keadaan koma berkepanjangan, dan dirawat oleh tabib setempat.
Dengan berlalunya waktu, istri pertama raja Lauw Lan pun melahirkan, hampir bersamaan dengan waktu kelahiran anak dari Yu Lok Yan. Beberapa waktu kemudian secara misterius istri pertama sang raja meninggal, juga kemudian sang raja meninggal diracun oleh Yu Lok Yan, sebagai balas dendam atas perlakuan sang raja terhadapnya. Hingga kemudian kedua anak ini, U Bun Kheng Shek dan U Bun Hen Thian, permaisuri Yu Lok Yan yang membesarkannya. Dan kedua anak ini pula saat dewasa berebut kekuasaan sebagai raja kerajaan Lauw Lan, dan mereka berdua juga tidak tahu bahwa salah satu dari mereka adalah anak dari Pendekar Yan.
    Singkat cerita, hampir 20 tahun berlalu Yan Lam Thian tersadar dari komanya dan menyusul ke kerajaan Lauw Lan untuk mencari istrinya. Dan rupanya Yu Lok Yan sudah mempersiapkan perangkap keji untuk membalas dendam juga terhadap pendekar Yan, karena pernah meninggalkannya waktu ia hamil sehingga ia diculik oleh raja Lauw Lan.
Skenarionya ini melibatkan salah seorang anaknya yaitu U Bun Kheng Sek. Pendekar Yan diminta untuk membunuh Kheng Sek. Namun pendekar Yan kemudian membunuh prajurit lain yang memiliki wajah mirip Kheng Shek dan kemudian dipersembahkan ke Yu Lok Yan. Pada akhirnya Yu Lok Yan pun percaya dan kemudian membeberkan cerita bahwa sebenarnya Kheng Sek adalah anak Pendekar Yan, dengan harapan pendekar Yan hatinya terpukul dan terluka karena membunuh anaknya sendiri.
Namun kemudian Kheng Sek tiba-tiba muncul di arena di tengah-tengah Pendekar Yan dan Yu Lok Yan. Kheng Sek sadar bahwa ia menjadi korban permainan ibunya, namun tetap menaruh hormat pada sang ibu. Ia pun tetap memberi salam kepada ibunya.
Lok Yan pun bertanya pada Kheng Sek, “Kau masih mau memaafkanku?” Kheng Sek pun menjawab, “Aku tak pernah menyalahkan bunda, bagiku kau adalah keluarga satu-satunya yang paling kuhormati dan sayangi. Siapa pun tak bisa gantikan posisimu. Nyawa dan semua yang kumiliki adalah berkat bunda. Kalau tidak pasti aku sudah dibuang oleh U Bun Hen Thian. Karena itu aku tak peduli apa yang bunda lakukan padaku, aku rela menerimanya.” U Bun Keng Shek luarnya memang terlihat dingin dan congkak, tapi hatinya sungguh berbakti. Seperti apapun Lok Yan mengkhianati dan mempermainkan-nya, ia tetap menganggapnya seorang ibu yang membawa kedamaian baginya.
Tidak mudah memang untuk bersikap terhadap orang tua kita, disamping terkendala oleh kedewasaan kita, ideologi, pandangan hidup seorang anak yang semakin lama semakin matang, dihadapkan pula oleh pemikiran-pemikiran orang tua yang jelas sudah lebih tajam dan lebih matang oleh waktu dibanding sang anak. 

Namun memang itulah indahnya hidup, tidak ada kegembiraan dan kebahagiaan yang lebih dalam bagi orang tua selain melihat seorang anak yang dulu telah dibesarkan kini telah beranjak dewasa, telah selesai studi, bekerja, bahkan berkeluarga dan memperoleh anak-anak.
Demikian pula mungkin tidak ada kebahagiaan yang lebih dari seorang anak terhadap orang tuanya selain dapat melihat mereka di hari tuanya dapat mengisi waktu senjanya, dengan kesehatan yang baik, dan dengan aktivitas ataupun kegiatan yang mereka cintai.

Mikul dhuwur mendhem jero….

Kalau kita menilik pada falsafah orang jawa yang juga dianut oleh mantan presiden Suharto (almarhum) dalam otobiografinya, (Suharto : Pikiran Ucapan dan tindakan saya), seakan ini tidak akan pernah berakhir. Dijelaskan bahwa arti dari falsafah ini adalah kebaikan orang tua, keluarga dan rekan-rekan yang kita kasihi harus kita junjung tinggi, sementara kekurangan, kesalahan harus kita simpan baik-baik dan kewajiban kita untuk berusaha menebus kesalahan mereka dan menjaga jangan sampai kita sendiri membuat kesalahan yang sama.
    Terkadang kita dihadapkan masalah pelik, saat kita mungkin melihat ”kesalahan” yang mungkin terucapkan atau diperbuat oleh orang tua kita, sehingga hati kita pun terguncang dan bergumul apa yang harus kukatakan / kuperbuat ?
Semua kembali ke hati dan nurani jiwa kita. Bila melihat ke kitab suci umat kristen pun, Alkitab, di kitab Keluaran 20 ayat 12, juga disebutkan ”Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu". Tentu saja terdapat berbagai macam tafsir dan arti yang diajukan oleh para hamba Tuhan sesuai dengan adat dan etika yang berkembang melewati berbagai jaman.
Demikian pula kita kelak bila sudah berkeluarga dan memiliki anak pun, ada sebuah falsafah jawa yang menarik yang disampaikan oleh Prof Sumitro Djojohadikusumo (salah seorang ekonom Indonesia) dalam menanggapi kasus kejatuhan anaknya, LetJend Prabowo Subiyanto (Purn),

Wiryo kencono

Artinya bahwa seorang anak, walau dia seperti sampah pun, tetap harus kita banggakan. Dan akan keempat anaknya pun ia bangga, termasuk saat kejatuhan Prabowo, Prof Sumitro tak pernah menyesali apa yang menimpa putra kesayangannya itu.
    Yang dapat kita kerjakan sebagai seorang anak hanyalah berusaha mewujudkan segala harapan yang disandangkan orang tua ke pundak kita, berusaha mengerti apa yang mereka kehendaki, dan berusaha menyelami segala pemikiran yang mereka sampaikan kepada kita. Meskipun terkadang berbenturan dengan nurani, ideologi dan pemikiran kita, asalkan kita sudah berusaha dengan segala kemampuan dan kekuatan kita, tidak ada lagi yang dapat kita sesali dalam bersikap. Demikian pula kelak kita akan belajar kembali bagaimana bersikap sebagai orang tua terhadap anak-anak kita.




 

Tentang Penulis

Patricia Putri

patricia putri

Prev FORIL MEDIS ALERGIC RHINITIS - ASMA AKUT
Next BERKARYA BAGI SESAMA

Tinggalkan Komentar