Logo

TBC PENYAKIT KUNO YANG TETAP ADA SAMPAI SEKARANG

TBC PENYAKIT KUNO YANG TETAP ADA  SAMPAI SEKARANG

WHO Global Tuberculosis Report 2016 menyatakan Indonesia menempati rangking kedua dengan jumlah kasus tuberkulosis (TBC) terbanyak di dunia. TBC menjadi penyebab kematian nomor empat setelah penyakit kardiovaskuler.

    Hasil survei memperkirakan setiap tahun terdapat 1 juta kasus baru TBC di Indonesia. Ironisnya masyarakat masih banyak yang tidak sadar/tidak tahu tentang TBC dan bagaimana mengakses cara pengobatannya.
    Sedangkan data survei mencatat hanya 26% dari populasi umum dapat mengidentifikasi tanda dan gejala TBC. Selanjutnya hanya 19% yang mengetahui TBC bisa diobati secara gratis.
    Satu orang yang tidak terdeteksi dan tidak menjalani pengobatan bisa menularkan TBC pada 10-15 orang lainnya dalam 1 tahun kontak dekat. Kurangnya pengetahuan tentang TBC mengakibatkan penderita terlambat mencari pengobatan atau bahkan tidak berobat sama sekali. Hal ini otomatis berkontribusi pada tingginya kasus baru TBC di Indonesia.
    TBC bukanlah penyakit keturunan ataupun karena guna-guna. TBC adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Selain TBC paru (menyerang paru-paru), penyakit TBC juga dapat menyerang organ tubuh lain di luar paru-paru (kulit, otak, usus, ginjal, kelenjar, dll) yang disebut TBC ekstra paru. Dan yang mempunyai potensi penularan yang tinggi adalah TBC paru yang sering kita sebut dengan TBC.
    Gejala utama TBC adalah batuk terus-menerus selama 2 minggu atau lebih dengan atau tanpa disertai batuk bercampur darah, sesak nafas dan nyeri dada, badan lemah terasa lemes, nafsu makan berkurang, berat badan turun, demam meriang berkepanjangan atau berkeringat di malam hari meskipun tidak melakukan aktifitas. Bila mengalami gejala-gejala di atas, segeralah periksa ke pusat pelayanan kesehatan terdekat, untuk diperiksa lebih lanjut apakah memang benar terkena penyakit TBC atau penyakit infeksi lainnya.
    TBC ditularkan lewat udara. Percikan dahak seseorang yang menderita TBC pada saat batuk atau bersin dapat menjadi sumber penularan apabila di dalam percikan dahaknya terdapat kuman TBC. Untuk mencegah penularan, pasien yang batuk sebaiknya menggunakan masker, tidak membuang dahak di sembarang tempat dan rumah tinggal mempunyai ventilasi udara yang baik.
    TBC dapat disembuhkan. Pasien TBC harus minum obat anti tuberkulosis (OAT) secara teratur dengan dosis sesuai yang diberikan dokter dan sampai tuntas (selesai) selama 6 – 8 bulan. Obat anti TBC ini diberikan secara gratis di setiap Puskesmas, BP4, Rumah Sakit Daerah, dan juga di beberapa rumah sakit swasta yang bekerja sama dengan Dinas Kesehatan untuk pengelolaan TBC. Termasuk RS. Panti Wilasa “Dr. Cipto” Semarang.
    Obat yang diminum tidak teratur, tidak sesuai dosis atau diminum tidak sampai tuntas dapat berakibat penyakit semakin parah dan kuman TBC berubah menjadi kuman TBC yang lebih kuat dan lebih ganas, yang dikenal dengan istilah TBC kebal obat. Kuman TBC yang kebal obat ini akan menjadi sumber penularan TBC orang-orang yang ada di sekitarnya. Karena yang ditularkan adalah kuman TBC yang kebal obat, maka meskipun sebelumnya belum pernah menderita TBC orang yang tertular ini menderita TBC kebal obat. Satu orang yang menderita TBC kebal obat dengan ditemukannya kuman TBC di dahaknya (tidak/belum diobati) dalam 1 tahun dapat menularkan kepada 5-10 orang di sekitarnya.
    Untuk mengetahui menderita TBC kebal obat atau bukan dilakukan pemeriksaan khusus, yaitu pemeriksaan TCM (tes Cepat Molekuler) dengan cara diambil dahak yang berkualitas dengan jumlah yang cukup. Artinya dahak yang dapat diperiksa adalah dahak yang kental biasanya berwarna kehijauan atau kekuningan dengan jumlah minimal 1 sendok makan. Dahak seperti ini ditemui pada pagi hari, sesaat setelah bangun tidur segera dahak yang terkumpul saluran pernapasan segera dikeluarkan.
    Pada TBC kebal obat, karena kumannya menjadi lebih kuat dan lebih ganas, tentu saja pengobatannya menjadi lebih lama dan jenis obatnya menjadi lebih banyak. Yang seharusnya pengobatan hanya 6 – 8 bulan menjadi minimal 2 tahun. Yang seharusnya jumla obatnya 2 sampai 5 tablet sehari sesuai dengan berat badan berubah menjadi sampai 18 – 20 an tablet yang harus dihabiskan dalam waktu 2 jam, ditambah masih harus disuntik hampir setiap hari tepatnya seminggu 5x suntik selama minimal 8 bulan.
    Oleh karena itu bila kita menjumpai saudara, sahabat, teman atau tetangga kita yang mempunyai gejala batuk yang tidak sembuh-sembuh, mari kita sarankan untuk segera memeriksakan diri ke dokter untuk segera diketahui penyakitnya dan dapat segera diberi obat. Beri dukungan kepada mereka yang sakit untuk mau minum obat teratur, sesuai dosis sampai program pengobatan selesai.
Kita dapat berperan sebagai PMO (Pengawas Menelan Obat), yaitu berperan memastikan bahwa obat benar-benar telah ditelan pasien sesuai dosis yang seharusnya, pada waktu yang telah ditentukan sampai pengobatan selesai. Kita dapat mengingatkan waktu konrol dan dapat menjadi pemberi semangat kepada pasien, karena ada kemungkinan pasien bosan minum obat, merasa sudah sembuh atau pasien sudah putus asa.
    TBC, penyakit kuno yang tetap ada sampai sekarang. Temukan dan obati sampai sembuh.

“Bila Batuk Gunakan Masker; Yuk cegah penularan TBC”


sumber:https://lifestyle.sindonews.com/read/1191360/167/kasus-tuberkulosis-di-indonesia-terbanyak-kedua-di-dunia-1490363738
 

Oleh : Dr. Nurendah Kristiana, MM

Dimuat di Majalah kasih edisi 53

Tentang Penulis

Prev Si Pencuri Penglihatan
Next VAKSINASI BUKAN BASA-BASI KEKEBALAN TUBUH

Tinggalkan Komentar