Logo

TIGA DAYA KEHIDUPAN DOA, KASIH, DAN HATI YANG PEMAAF

TIGA DAYA KEHIDUPAN DOA, KASIH, DAN HATI YANG PEMAAF

H. Jackson Brown mengatakan, “Never forget the three powerful resources you always have available to you: prayer, love, and forgiveness.”  Dalam menjalankan kehidupan yang penuh tantangan, persoalan, konflik dan persaingan jangan pernah lupakan tiga sumber daya kekuatan yang telah Tuhan sediakan bagimu: doa, kasih, dan hati yang memaafkan.

 

1.    Daya Pertama: Doa.
     Doa mempunyai daya yang mengagumkan. Robert Hoover mengakui daya doa yang mengagumkan dalam perjalanan hidupnya. “Kekuatan doa lebih mengagumkan daripada ledakan sebuah atom. Kekuatan doa lebih besar daripada segala hal yang memungkinkan dilakukan apabila kekuasaan para penguasa digabungkan, karena doa adalah hiasan paling berharga dari kekayaan Tuhan Yang Maha Tak Terbatas.”  Perhatikan kata-kata mutiara tentang doa ini, “Doa adalah kunci yang membuka gudang perbendaharaan anugerah dan kuasa Allah yang tak terbatas. Semua keberadaan Allah dan segala yang Allah miliki tersedia bagi kita melalui Doa.” Karena itu tetaplah berdoa (1Tes 5:17).

2.    Daya Kedua: Kasih.
     Seorang kakek sedang berjalan-jalan sambil menggandeng cucunya di jalan pinggiran pedesaan. Mereka menemukan seekor kura-kura. Kura-kura itu segera menarik kakinya dan kepalanya masuk di bawah tempurungnya. Si anak mencoba membukanya secara paksa. "Cara demikian tidak pernah akan berhasil nak!" kata nenek. Sang nenek meletakkan kura-kura di dekat perapian. Beberapa menit kemudian, kura-kura itu menge-luarkan kakinya dan kepalanya sedikit demi sedikit, la mulai merangkak bergerak mendekati si anak. "Janganlah mencoba memaksa melakukan segala sesuatu, nak !" nasihat nenek, "Berilah kehangatan dan keramahan, ia akan menanggapinya."
      Dunia dingin, pesimis dan hati yang beku menjadi gambaran kehidupan manusia saat ini. Konflik menjadi jalan keluar untuk menyelesaikan masalah. Ketika manusia menginginkan sesuatu untuk diraihnya, jalan apapun dilakakukan. Persahabatan dan persaudaran bisa dikorbankan untuk keinginan pribadi. Di tengah-tengah kondisi dunia yang dingin dan hati yang beku, kita dipanggil untuk memberi kehangatan dan keramahan. Kasih yang hangat adalah kasih yang tidak pura-pura. Kasih yang di dasarkan pada hati yang jauh dari tindak kejahatan. Dengan itu, dunia dingin mendapat kehangatan oleh kasih; hati yang pesimis dihidupkan oleh kehangatan kasih; hati yang membeku dilembutkan dengan sapaan ramah yang keluar dari hati yang penuh kasih. Bila kita tersenyum, itu adalah senyum yang benar-benar keluar dari kehangatan hati. Bila kita mengerjakan kebaikan, itu adalah ungkapan hati untuk memancarkan kebaikan hati Allah. Berikanlah secara total, sebab Tuhan juga memberikan secara total kehidupan dan kebaikanNya pada kita.
      Berikan kehangatan dan keramahan kasih pada sesama. Dunia yang hangat dan penuh kasih akan menjadi tempat yang nyaman untuk hidup dan berkarya. Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik. (Roma  12:9)

3.    Daya Ketiga: Hati Yang Pemaaf.
     Konflik, perselisihan dan permusuhan tak akan pernah berakhir. Hati yang memaafkan memungkinkan konflik, perselisihan dan permusuhan bisa dikendalikan supaya tidak menghancurkan dunia. Hati yang memaafkan juga memberi keuntungan bagi kita, salah satu rahasia dari umur panjang dan hidup yang berhasil adalah dengan memaafkan setiap orang untuk setiap kesalahannya, di setiap malam sebelum kita tidur (Ann Landers).

a)    Jangan Biarkan Sakit Hati Membebani
     Batu adalah berat dan pasir pun ada beratnya, tetapi lebih berat dari kedua-duanya adalah sakit hati terhadap orang bodoh. (Amsal 27:3). Batu adalah berat dan pasir pun ada beratnya, itu semua bisa dibuktikan dengan kita menimbangnya. Beratnya batu dan pasir terletak pada keduanya. Bagaimana dengan beratnya sakit hati terhadap orang? Sebenarnya beratnya sakit hati tidak terletak pada orang yang kita benci, tetapi pada hati kita sendiri. Seberat apapun sakit hati kita, tidak akan pernah berpengaruh pada orang tersebut. Yang menanggung beratnya sakit hati adalah kita sendiri. Yang menderita juga kita sendiri. Kalau begitu apa faedahnya sakit hati itu masih kita simpan di hati kita. Kita menjadi orang kalah sebelum bertempur. Energi kita sudah habis untuk membawa beratnya sakit hati itu tiap hari. Sehingga tidak ada energi yang tersisa untuk mengerjakan kehidupan nyata. Ingat, sakit hati hanya membuat hidup kita terbeban. Energi kita habis terkuras. Pikiran kita hanya tertuju pada penilaian-penilaian yang buruk pada orang. Jika Anda hanya berusaha menilai seseorang, maka Anda tidak akan pernah dapat menyayangi mereka (Bunda Theresa). Dari hati yang sakit, tidak pernah memancarkan kehidupan bagi diri kita dan orang lain. Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan. Hati-hatilah, sakit hati meredupkan pancaran kehidupan.
     Satu cara sederhana untuk mematahkan belenggu sakit hati yaitu: dengan kerelaan diri memaafkan kesalahan orang lain. Kita harus saling memaafkan dan kemudian melupakan apa yang telah kita maafkan. Hati kita jadi lega, hidup jadi ringan dan pancaran kehidupan kembali bersinar dari dalam diri kita.

b)    Jiwa Yang Memaafkan
     Dendam itu memberikan energi yang luar biasa besar, tetapi juga membutakan mata, mematikan perasaan, dan melenyapkan akal sehat. Dendam selalu mendorong orang untuk menyakiti, melecehkan, meruntuhkan moral, menghancurkan, bahkan memusnahkan pihak lain. Tanpa pandang bulu dan bila perlu melawan siapa pun yang menghalangi terbalasnya dendam itu.” Memaafkan adalah obat yang manjur untuk dendam kita.
     Ada sebuah cerita: Selama perang saudara Lincoln, dalam suatu resepsi resmi, berkesempatan untuk menyatakan bahwa orang-orang Selatan adalah manusia yang melakukan kesalahan dan bukannya musuh yang harus dibasmi. Seorang nyonya tua, seorang patriot yang bersemangat, menegurnya karena telah berbicara sedemikian baik terhadap musuh ketika seharusnya ia memikirkan untuk menghancurkan mereka. 'Kenapa, nyonya,' kata Lincoln. 'Apakah saya tidak menghancurkan musuh bila saya menjadikan mereka sahabat-sahabat saya?.
      Kadang, orang yang kita benci yang kita hancurkan, bukan kebenciaan itu sendiri. Menghancurkan orang yang kita benci adalah sikap memuaskan keinginan pribadi kita, bukan menghancurkan kebencian itu sendiri. Dendam dan benci akan kita hancurkan dengan menjadikan musuh kita sebagai sahabat. Inilah yang diajarkan Firman Tuhan hari ini. “Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.” . (Kolose 3:13)  Dendam dan benci tidak kita temui pada musuh kita, tetapi pada diri kita sendiri. Karena itu perdamaikanlah dendam kita itu. Dengan demikian kita mengubah dendam menjadi persahabatan oleh pengampunan.
      Kita punya pilihan hidup. Terus hidup dalam belenggu kesesakan karena dendam. Atau hidup lega dan nyaman karena jiwa yang memaafkan. Kita harus saling memaafkan dan kemudian melupakan apa yang telah kita maafkan. Dengan demikian kedamaian dan kebahagian Tuhan hadirkan dalam hidup kita. Amin.

 

{oleh : Pdt. Yohanes Setiyanto, S.Th}

 

*Dimuat dalam Majalah Kasih edisi 43 (JULI-SEPTEMBER 2015)

Tentang Penulis

Patricia Putri

patricia putri

Prev PERAN KELUARGA MENJAGA KESELAMATAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT
Next TRIK JITU MENGATASI ANAK YANG SUSAH MINUM OBAT

Tinggalkan Komentar