Logo

AKU MEMILIH : MENIKAH

menikah
AKU MEMILIH : MENIKAH

“… :”Tidak baik  kalau manusia seorang diri saja,aku akan menjadikan baginya penolong baginya, yang sepadan dengan dia”. (Kejadian 2 : 18b)

 

     Untuk apa menikah? kalau hanya mengekang kebebasanku. Untuk apa menikah? Kalau hanya untuk menyakiti hidupku. Untuk  apa menikah? Kalau hanya berujung pada perceraian. Masih banyak jawaban negatif untuk pertanyaan “untuk apa (kita) menikah?
    Mengapa menikah? Karena dikejar umur, karena tuntutan masyarakat (kalau hidup melajang merupakan hal aneh, dan tidak bisa punya KK (kartu keluarga) sendiri) dan masih banyak jawaban kepepet lainnya.
    Mengapa pertanyaan-pertanyaan di atas muncul dan menjadi kenyataan dalam kehidupan orang yang menikah. Apa yang salah dengan pernikahan?, renungan ini mencoba menjawabnya.
    Menikah memang merupakan hal yang penting dalam hidup, karena itu orang yang menikah mendapat ucapan “Selamat menempuh hidup baru”. Bahkan Alkitab pada bagian awal kejadian manusia juga menyatakan tentang adanya kehidupan bersama suami-istri /pernikahan ( Kejadian 2 : 24). Yang menjadi persoalan adalah pernikahan semacam apa yang Tuhan kehendaki.

Menikah adalah pilihan.
    Bagi orang percaya menikah (atau melajang) adalah pilihan (I Korintus 7 : 1,2). Memilih menikah bagi orang percaya adalah keputusan  iman, yang harus dipertanggungjawabkan kepada Tuhan. Menikah merupakan keputusan orang dewasa yang diambil dan diyakini baik. Pilihan untuk menikah adalah pilihan bebas seseorang yang ditetapkan dengan penuh kesadaran. Seorang bijak mengatakan:”ketika kita memilih untuk menikah tidak ada pilihan lain kecuali melanjutkan pernikahan tersebut”.   

Menikah adalah membangun relasi.
    Menikah adalah sarana membangun relasi  yang paling intim antara  suami-istri. Menikah bukan sekedar membangun  kelembagaan baru dalam masyarakat, sehingga boleh ambil bagian dalam kehidupan masyarakat. Menikah  adalah bentuk relationship yang didasarkan oleh cinta kasih. Menikah berarti kesediaan untuk membangun partnership / kemitraan antara suami istri. Keintiman relasi suami-istri diungkapkan dalam kitab kejadian :”… , sehingga keduanya menjadi satu daging”.

Bagaimana membangun pernikahan yang berhasil.
    Ada banyak teori, buku yang mengajarkan bagaimana membangun pernikahan yang berhasil. Dalam kitab kejadian (Kej.2 : 18-25) , Tuhan Allah memberikan petunjuk yang dapat dikerjakan oleh setiap orang yang menikah. Petunjuk itu adalah :
    Pertama, menempatkan diri sebagai penolong bagi pasangan. Seringkali secara sadar atau tidak sadar orang ingin menjadi boss,pemimpin, ingin dilayani. Hal ini juga (sering) terjadi dalam kehidupan pernikahan, sehingga sering terjadi perebutan kekuasaan, supaya lebih dilayani, lebih diperhatikan. Pernikahan yang sehat adalah ketika suami-istri secara sadar menempatkan diri sebagai penolong bagi pasangan. Pernikahan yang kuat adalah ketika suami –istri mampu menjadi penopang, pendukung bagi pasangannya. Tips sederhana bagi orang menikah :”Aku adalah penolong bukan perongrong bagi pasanganku”.
    Kedua, pernikahan dibangun atas dasar kesetaraan. Kitab kejadian yang ditulis beribu-ribu tahun yang lalu, melukiskan kesetaraan laki-laki dan perempuan (dapat dibaca suami dan istri), dengan : “Tuhan Allah mengambil salah satu rusuk”. Dalam hal pernikahan, sabda  ini menempatkan sejak awal hubungan suami–istri didasarkan atas kesetaraan. Keseteraan yang dimaksud adalah pengakuan bahwa pasangan kita adalah manusia ciptaan Allah yang merupakan gambarNya (imago Dei) yang Allah tempatkan sebagai suami atau istri kita. Tips Sederhana bagi orang menikah : ”Pasanganku adalah gambar Allahku, aku harus menempatkan dia sebagai yang berharga dalam hidupku”.
    Ketiga, pernikahan adalah bentuk ikatan laki-laki dan perempuan yang tak terpisahkan. Gambaran “menjadi satu daging”, adalah gambaran ikatan yang sangat kuat. Kata aslinya adalah henosis, yang merupakan ikatan dua lembar tipis yang direkatkan dengan sangat kuat sehingga tidak nampak lagi kedua lembaran, telah menjadi satu.Tips sederhana bagi orang menikah : ”Tuhanlah yang mengikat pernikahanku, aku tidak pernah akan melepaskannya”.
    Menikah adalah pilihan hidup, pertanggungjawabkan itu.

Tuhan memberkati.

 

 

*Dimuat dalam Majalah Kasih edisi 20 (OKTOBER-DESEMBER 2009)

Tentang Penulis

Patricia Putri

patricia putri

Prev BLEWAH MENCEGAH KEKURANGAN CAIRAN
Next TAMPIL CANTIK DENGAN KAWAT GIGI

Tinggalkan Komentar