Logo

WASPADAI HATI BERLEMAK

hati berlemak
WASPADAI HATI BERLEMAK

Hati berlemak, apakah itu? Istilah perlemakan hati memang masih asing di telinga kita. Perlemakan hati adalah suatu proses penumpukan lemak di organ hati yang pada tahap awal biasanya tidak bergejala, dan berkembang perlahan-lahan tanpa kita sadari. Berdasar penyebabnya,  perlemakan hati dibedakan menjadi perlemakan hati karena alkohol, dan perlemakan hati non alkoholik. Dahulu, kejadian perlemakan hati alkoholik lebih banyak ditemukan. Perlemakan hati karena alkohol dijumpai pada peminum alkohol berat. Batasan dikatakan peminum alkohol adalah bila seseorang lebih dari 21 kali minum dalam seminggu pada laki-laki atau lebih dari 14 kali minum pada wanita selama lebih dari 2 tahun. Jika dihitung dalam gram setara dengan >40 gram perhari.

 

      Beberapa waktu terakhir, kasus perlemakan hati yang tidak disebabkan karena alkohol mulai meningkat. Prevalensinya cukup tinggi, 15-45%, terutama di negara maju, dan memiliki kecenderungan terus meningkat. Semula perlemakan hati ini dianggap sebagai penyakit yang ringan, namun anggapan tersebut ternyata salah. Sebagian besar pasien dengan perlemakan hati pada pemeriksaan histopatologi menunjukkan fibrosis yang luas, sirosis ati, bahkan karsinoma hepatoseluler.  Pada praktek sehari-hari, pengenalan awal akan kejadian penyakit ini masih sering terlewatkan. Oleh sebab itu marilah kita bersama-sama mempelajarinya.  

Pengertian perlemakan hati non alkoholik
    Perlemakan hati non alkoholik adalah kondisi menumpuknya lemak, dalam bentuk triasilgliserol, di hati pada orang yang bukan peminum alkohol.
    Pada masyarakat umum, sebagian besar penderita perlemakan hati non alkoholik bersifat tanpa gejala dan tanda penyakit hati (asimtomatik). Perlemakan hati non alkoholik dicurigai atau ditemukan secara kebetulan pada waktu penderita melakukan pemeriksaan rutin laboratorium, uji kesehatan umum (general medical check-up) atau pemeriksaan pada penyakit atau kondisi tertentu seperti hipertensi, diabetes, penyakit kardiovaskuler, atau obesitas.
    Perlemakan hati non alkoholik terdiri dari beberapa tahap perkembangan penyakit.
    Yang pertama yaitu Steatosis Non Alkoholik, yaitu terdapatnya perlemakan hati tanpa disertai kerusakan struktur organ hati berupa ballooning atau fibrosis. Risiko untuk menjadi sirosis hati atau gagal hati sangat sedikit.
    Selanjutnya perlemakan hati berlanjut menjadi Steatohepatitis Non Alkoholik, yaitu terdapatnya perlemakan hati disertai peradangan dan ballooning disertai atau tidak disertai dengan fibrosis.
    Tahap ketiga yaitu sirosis hati non alkoholik yaitu pengerasan jaringan hati dengan sebelumnya terbukti menderita steatosis atau steatohepatitis. Tahap ini dapat berkembang menjadi keganasan hati, gagal hati, dan bahkan kematian.

Apakah penyebab perlemakan hati non alkoholik?
    Penyebab pasti untuk kejadian perlemakan hati non alkoholik belum diketahui dengan pasti, namun saat ini para ahli masih menganut hipotesis multiple hit untuk menjelaskan tahap demi tahap penyakit ini. Hipotesis multipel hit menjelaskan bahwa dari jaringan hati yang normal untuk menjadi steatosis sederhana sampai menjadi steatohepatitis dan sirosis hati diperlukan serangan multipel. Serangan pertama adalah terbentuknya perlemakan hati atau steatosis. Terjadi penumpukan lemak di hepatosit yang disebabkan oleh beberapa keadaan, seperti faktor genetik misalnya mutasi fungsional terhadap gen yang mengkode leptin, dan faktor lingkungan, yang paling penting adalah faktor makanan dengan kadar kolesterol yang tinggi. Interaksi kedua faktor tersebut akan meningkatkan kepekaan hati terhadap akumulasi lemak.
    Pada serangan kedua, akumulasi lemak akan memicu mekanisme kompensasi sel-sel hati untuk mengoksidasi lemak di mitokondria. Sedangkan proses oksidasi itu sendiri akan menghasilkan radikal bebas yang memicu peradangan pada hati (steatohepatitis) dan bersifat toksik terhadap sel-sel hati itu sendiri sehingga terjadi kematian sel-sel hati (nekrosis).
    Pada kondisi terdapat resistensi insulin seperti pada diabetes melitus dan obesitas, insulin akan menghambat oksidasi lemak. Terjadi serangan ketiga pada hati yaitu terjadinya resistensi insulin di dalam sel-sel hati yang dapat menyebabkan pembentukan jaringan fibrous, peningkatan matriks ekstraselular dan degradasi matriks baru sehingga dapat memicu sirosis hati. Hal ini dapat menyebabkan kanker hati, gagal hati berat dan kematian.

Apa saja yang mempengaruhi terjadinya perlemakan hati non alkoholik?
    Proses terjadinya kejadian perlemakan hati ini dipengaruhi  oleh banyak faktor. Faktor risiko yang kuat adalah sindrom metabolik, diabetes melitus, kegemukan, hipertrigliserid. Faktor lain yang memperkuat risiko perlemakan hati adalah sindrom ovarium polikistik, hipotiroidisme, hipopituitari, hipogonadisme, reseksi pankreato-duodenal. Diantara semua faktor tersebut yang paling sering dan biasanya tidak disadari adalah sindrom metabolik.
    Sindrom metabolik adalah kumpulan tiga atau lebih dari gejala berikut ini:
1. Lingkar pinggang > 102 cm pada laki-laki atau > 88 cm pada perempuan
2. Trigliserid ≥ 150 mg/dL
3. HDL kolesterol ≤ 40 mg/dL pada laki-laki dan ≤ 50 mg/dL pada wanita
4. Tekanan darah sistolik ≥130 mmHg atau tekanan diastolik ≥85 mmHg
5. Gula darah puasa ≥110 mg/dL
Kumpulan gejala-gejala tersebut meningkatkan risiko terjadinya perlemakan hati non alkoholik.

Bagaimanakah gejala dan tanda terjadinya perlemakan hati non alkoholik?
    Perlemakan hati non alkoholik biasa tidak bergejala sampai menuju ke tahap steatohepatitis atau sirosis hati. Keluhan yang sering diutarakan adalah kelelahan, lesu, merasa mual, perut sering sebah, nyeri atau tidak nyaman di perut kanan atas. Dari pemeriksaan fisik hal yang dapat dijumpai adalah pembesaran hati dan tanda-tanda penyakit hati kronik pada kasus perlemakan hati yang sudah mencapai tahap sirosis hati.
    Dari pemeriksaan laboratorium, yang paling sering dijumpai adalah kenaikan kadar enzim hati, bilirubin, penurunan kadar albumin dan perpanjangan waktu protrombin. Pemeriksaan penunjang yang menjadi gold standart adalah biopsi hati. Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah fibroscan hati, USG abdomen, dan MRI.

Bagaimana cara pencegahan dan pengobatan penyakit ini?
    Sebagaimana sudah kita pahami bersama, proses perkembangan perlemakan hati melibatkan banyak faktor. Ada faktor-faktor yang tidak dapat kita ubah, misalnya faktor genetik. Untuk pencegahan terjadinya atau berlanjutnya proses perlemakan hati, di bawah ini terdapat beberapa hal yang perlu kita perhatikan.

1. Mengatasi sindrom metabolik
    Sindrom metabolik dari perlemakan hati non alkoholik dapat diatasi dengan beberapa cara. Perubahan gaya hidup merupakan cara pertama untuk mengatasi sindrom metabolik. Perubahan gaya hidup yang dimaksud adalah dengan cara mengurangi jumlah asupan makanan, terutama arbohidrat berlebih dan lemak, dan diimbangi dengan olahraga. Penurunan berat badan signifikan menurunkan terjadinya perburukan pelemakan hati. Untuk menurunkan berat badan asupan kalori harus lebih rendah daripada jumlah kalori yang dibuang. Penurunan berat badan pada kondisi telah terjadi perlemakan hati lanjut sangat penting dilakukan. Jika pasien mengalami kesulitan menurunkan berat badan, dapat dibantu dengan obat-obatan atau dengan operasi bariatrik. Tetapi operasi ini hanya untuk pasien yang sangat obesitas dan ada bukti perlemakan hati.

2. Memperbaiki sensitivitas insulin dengan menjalani pola hidup sehat.
    Lagi-lagi penurunan berat badan dan perbaikan pola makan berperan penting terhadap peningkatan sensitivitas terhadap insulin. Target penurunan berat badan yang perlu dilakukan adalah penurunan gradual 10% dalam 1 tahun. Jika terdapat resistensi insulin yang berat dapat digunakan obat-obatan yang bekerja meningkatkan sensitivitas insulin.

3. Penggunaan obat hepatoproteksi dan anti inflamasi
    Jika telah terjadi steatohepatitis, dapat diberikan obat-obat yang bersifat melindungi sel-sel hati, antioksidan seperti omega 3, polyunsaturated fatty acid, vitamin E dosis tinggi, dan obat-obat untuk mengurangi peradangan sel hati. Tentunya penggunaan obat-obat tersebut akan lebih baik jika dilakukan dibawah pengawasan dokter.
    
    Setelah memahami penyebab, perkembangan, dan cara-cara pencegahan serta pengobatan perlemakan hati non alkolik diatas, dapat kita tarik kesimpulan bahwa dengan perbaikan pola hidup, mempertahankan berat badan ideal, serta olahraga yang teratur, dapat menghindarkan dan menurunkan kejadian perlemakan hati non alkoholik. Pengenalan dini juga akan mencegah komplikasi perlemakan hati serta meningkatkan angka keberhasilan pengobatannya. Semoga setelah membaca artikel ini, kita semua dapat lebih waspada akan penyakit yang bersembunyi di dalam tubuh kita dan dapat meningkatkan kesadaran kita akan pentingnya pola hidup yang sehat. Men sana in corpore sano.

 

{oleh : Dr. Dian Indriani}

 


*Dimuat dalam Majalah Kasih edisi 32 (OKTOBER-DESEMBER 2012)

Tentang Penulis

Patricia Putri

patricia putri

Prev PERLUKAH MINUM AIR DELAPAN GELAS SEHARI
Next PERAYAAN NATAL KELUARGA

Tinggalkan Komentar