Logo

EMANGNYA LU GUE PIKIRAN

EMANGNYA LU GUE PIKIRAN

Ucapan “ emangnya  gue pikirin ( EGP )”, pernah populer diantara para remaja kita walaupun saat ini sudah agak berkurang , dan diantara anak kecil saat ini slogannya adalah :” perlu diberi tahu nggak, yaa..?”

 

Kedua istilah tersebut diatas bisa menggambarkan landasan pemikiran bawah sadar para anak kita, para cucu kita, yang sebenarnya juga berasal dari kita para orang tua, yaitu semua orang saat ini ingin bebas sebebas-bebasnya, ingin merdeka melakukan apapun juga. Sejak masa reformasi beberapa dekade yang lalu telah terjadi pembalikan proses pikir dan jiwa kita, dari masa yang semuanya serba diatur, menjadi masa merdeka yang kadang kemerdekaan tersebut kebablasan menjadi anarkhi dengan alasan hak asasi mereka. Bahkan orang boleh berpikir apapun, berucap apapun sepanjang belum ada tindakan yang melanggar hukum. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Kitab Suci bahwa pada zaman akhir manusia hanya akan memikirkan diri sendiri, manusia semakin mencintai diri sendiri dan manusia semakin menjadi hamba dan budak  uang ( 2 Timoteus 3 : 1 – 2 ).
   Benarkah kita boleh berpikir, bertindak apapun dalam kehidupan pribadi kita, dalam kehidupan masyarakat kita dan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kita?
   Sebenarnya kalau disadari, tidak ada orang yang bisa merdeka secara mutlak didunia ini, karena selama kita hidup didunia ini kita tetap harus tunduk pada hukum alam, dan yang membikin hukum alam adalah Sang Pencipta alam semesta, yaitu Tuhan Yang Maha Kuasa. Hukum alam yang mengatur pergerakan bumi dan matahari beserta semua sistem tata surya tidak bisa kita kendalikan, termasuk mengatur waktu siang dan malam, mengatur pergerakan angin, hujan, panas matahari, hukum gravitasi dan sebagainya.
   Kehendak bebas manusia pada saat ini membuat kejahatan semakin meraja lela, korupsi semakin meluas dan mendalam, bahkan diantara para tokoh agama apapun juga ada yang terlibat korupsi. Menurut 2 Tim 3 : 3 – 5 manusia pada akhir jaman menjadi semakin suka membual, suka menyombongkan diri, suka memfitnah, mudah memberontak terhadap kedua orang tuanya dan tidak mau berterima kasih, tidak peduli terhadap agama dan lebih suka kehidupan duniawi yang bergemerlapan walaupun caranya salah, orang sekarang sulit untuk mengasihi orang lain, karena yang dipikirkan hanya dirinya sendiri, lebih suka bertengkar habis-habisan walaupun alasannya hanya sepele dibandingkan untuk berdamai, hobinya selalu mencari kesalahan orang lain dan menjelek-jelekkan orang lain ( lihat di berita televisi yang isinya hanya mencari kesalahan orang lain dan menghakiminya ),  manusia pada saat ini dikatakan sumbunya pendek, gampang marah, gampang berkelahi, gampang membuat keributan, gampang bertengkar, mudah saling membunuh sehingga sulit mencari orang yang dapat mengendalikan dirinya, dan secara menyeluruh manusia saat ini lebih suka mengumbar nafsu kedagingannya dibandingkan menuruti jalan Tuhan, walaupun mengaku masih beragama, dan sepertinya masih menjalankan kewajiban agamanya. Secara jelas Paulus dalam 2 Tim 3 : 5 mengatakan bahwa : ”Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya.”
   Kita perlu merenungkan dalam kehidupan pribadi kita, apakah itu bentuk kemerdekaan yang kita inginkan, yang kita cita-citakan. Apa arti kemerdekaan dalam kehidupan agama kita masing-masing?  Dalam Kitab Suci dikatakan bahwa manusia sejak jatuh dalam dosa, seluruh hidupnya sudah dikuasai dosa, seluruh naluri kemanusiaannya sudah dibawah kuasa dosa atau Iblis, sehingga kita bisa berbuat dosa tanpa ada yang mengajarinya, dan nafsu kedagingan kita menuntut agar selalu dipuaskan. Kuasa dosa pada daging kita secara jelas dikatakan dalam 1 Yahya 2 : 16 : Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan  daging, dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.”  Bukanlah dunia saat ini menawarkan ketiga hal tersebut secara terbuka, yaitu bagaimana caranya orang memuaskan keinginan   dagingnya, bagaimana orang memuaskan keinginan matanya dan bagaimana orang memuaskan keangkuhan hidupnya.

 

{ Oleh : dr. Subroto PH, Sp.PD, M.Kes }

*Dimuat dalam Majalah Kasih edisi  35 ( JULI - SEPTEMBER 2013 )

Tentang Penulis

Patricia Putri

patricia putri

Prev TRAINING JURNALISTIK DOLAN BARENG MBAH WIR
Next 10 MENIT DETEKSI DINI VERTIGO

Tinggalkan Komentar