Logo

GIGITAN NYAMUK BISA BIKIN KEJANG DOK

GIGITAN NYAMUK  BISA BIKIN KEJANG DOK

Sempat beberapa waktu lalu dikabarkan seorang anak yang habis berlibur di Singapura meninggal karena kejang di Semarang beberapa hari setelah dia pulang berlibur. Demam dirasakan oleh anak tersebut setelah sampai di Semarang. Disangka demam berdarah, anak ini segera diperiksakan ke laboratorium oleh kedua orangtuanya, ternyata hasil trombosit baik. Kedua orang tua tenang-tenang saja dan tidak membawa sang anak ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut. Beberapa hari kemudian si anak kejang lalu masuk ke dalam koma panjang dan akhirnya meninggal dunia. Menurut dokter yang merawat kemungkinan anak tersebut terkena Japanesse Encephalitis, penyakit apakah itu?

    Berlibur ke pelosok daerah atau ke luar negeri sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat saat ini. Perjalanan wisata tersebut meningkatkan frekuensi kontak fisik dengan orang dari berbagai daerah atau negara sehingga resiko penularan penyakit semakin besar. Cara terbaik mencegahnya adalah dengan membuat perencanaan yang baik. Selain menyiapkan berbagai dokumen, tiket, atau akomodasi, ada satu hal penting yang sering diabaikan para wisatawan, yakni perlindungan kesehatan. Perjalanan wisata tentu menjadi tidak nyaman apabila kita tiba-tiba jatuh sakit atau harus mendapat perawatan kesehatan.
Beberapa negara di Asia dan Australia menjadi negara favorit bagi banyak traveler karena jaraknya yang tidak begitu jauh dari Indonesia. Meski berjarak dekat, Indonesia dengan  negara lainnya memiliki perbedaan cuaca dan demografi sehingga selalu ada kemungkinan terbawanya penyakit asing (terbilang asing di pendengaran orang Indonesia) yang salah satunya adalah JE atau Penyakit Japanese Encephalitis.

APA ITU JE?
    Japanese Encephalitis (JE) adalah penyakit yang berpotensi menjadi penyakit parah jika tidak ditangani dengan cepat. JE disebabkan oleh virus yang disebabkan oleh nyamuk yang terinfeksi di Asia dan Pasifik Barat. Virus JE adalah salah satu dari kelompok virus nyamuk menular yang dapat menyebabkan radang otak. Kasus JE banyak ditemukan di beberapa negara Asia dan bagian dari Pasifik Barat. JE biasanya terjadi di daerah pedesaan atau pertanian, sering dikaitkan dengan pertanian  padi. Di beberapa daerah di Asia, transmisi bersifat musiman, dan biasanya memuncak pada musim panas dan musim gugur. Di daerah subtropis dan tropis, penularan dapat terjadi sepanjang tahun dan mencapai puncak selama musim hujan.
    Bagaimana dengan gejala JE? Mereka yang terinfeksi virus JE mengalami gejala yang cenderung ringan atau bahkan terkadang tidak menunjukkan gejala. Gejala berawal berupa demam, menggigil, sakit kepala, kelelahan, mual, dan muntah. Penyakit ini dapat berkembang menjadi radang otak dan  kerap disertai kejang. Dalam beberapa kasus, JE dapat mengakibatkan koma, kelumpuhan, dan juga kematian.

APAKAH JE ADA DI INDONESIA?
Data dari WHO (World Health Organization) dan CDC (Centers for Disease Control and Prevention) menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu dari banyak negara Asia yang menjadi daerah endemis virus japanese encephalitis. Setiap calon wisatawan yang hendak berkunjung ke Indonesia mendapatkan informasi mengenai penyakit ini dan dapat melakukan pencegahan awal untuk menghindarinya. Tetapi sayangnya, informasi mengenai japanese encephalitis di dalam negeri kita sendiri sangat terbatas. Masih banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang bahaya penyakit ini.
Di Indonesia, kasus JE pertama kali dilaporkan pada tahun 1960 (Erlanger 2010). Kasus JE banyak di laporkan di daerah Bali. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Liu et al. 2009 menyebutkan bahwa identifikasi kasus encephalitis di rumah sakit di Bali antara tahun 2001-2004 menemukan 163 kasus encephalitis dan 94 diantranya secara serologis mengarah pada kasus JE. Selain itu, kasus JE pada manusia juga dilaporkan di beberapa daerah yaitu di Sumatra Barat, Kalimantan Barat, Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggra Timur dan Papua (Ompusunggu et al. 2008).
Di Indonesia virus Japanese encephalitis pertama diisolasi dari nyamuk pada tahun 1972, di daerah Bekasi. Survei di rumah sakit Sanglah Bali pada tahun 1990-1992 atas 47 kasus ensefalitis menemukan 19 kasus serologi positif terhadap Japanese encephalitis. Survei sama pada 2001-2002 atas 262 kasus ensefalitis menemukan 112 kasus (42,75%) positif dengan angka kematian (mortality rate) 16% dan angka kecacatan (sequelae rate) 53,12%.4 Laporan dari rumah sakit yang sama (1997) atas 12 pasien dengan diagnosis ensefalitis didapat 2 kasus positif Japanese encephalitis.

Apa Virus Penyebab Japanese Encephalitis?
Virus japanese encephalitis adalah virus golongan flavivirus. Penularan virus tersebut sebenarnya hanya terjadi antara nyamuk Culex (terutama Culex tritaeniorhynchus), babi, dan atau burung sawah/ladang.
    Manusia bisa tertular virus japanese encephalitis bila tergigit oleh nyamuk Culex tritaeniorhynchus yang terinfeksi. Biasanya nyamuk ini lebih aktif pada malam hari. Nyamuk golongan Culex ini banyak terdapat di persawahan dan area irigasi. Di Bali, tingginya kejadian japanese encephalitis dikaitkan dengan banyaknya persawahan dan peternakan babi di area tersebut. Kejadian penyakit japanese encephalitis pada manusia biasanya meningkat pada musim penghujan. Manusia dan kuda merupakan dead-end host, artinya tidak terjadi penularan dari manusia atau kuda ke manusia atau hewan lain melalui gigitan nyamuk.

Apa saja gejala japanese encephalitis?
Sebagian besar penderita japanese encephaltiis hanya menunjukkan gejala yang ringan atau bahkan tidak bergejala sama sekali. Gejala dapat muncul 5-15 hari setelah gigitan nyamuk yang terinfeksi virus. Gejala awal yang muncul dapat  berupa demam, menggigil, sakit kepala, lemah, mual, dan muntah. Kurang lebih 1 dari 200 penderita infeksi japanese encephalitis menunjukkan gejala yang berat yang berkaitan dengan peradangan pada otak (encephalitis), berupa  demam tinggi mendadak, sakit kepala, kaku pada tengkuk, disorientasi, koma (penurunan kssadaran), kejang, dan kelumpuhan.
Penderita juga mengalami dehidrasi dan kehilangan berat badan. Jika penderita dapat bertahan dengan sakitnya, demam akan turun pada waktu sekitar hari ke 7, dan gejala akan mulai meningkat lagi sekitar pada hari ke 14. Sementara itu ada juga penderita yang akan terus mengalami demam sangat tinggi dan gejalanya terus bertambah buruk. Dalam kasus ini, biasanya akan diikuti dengan gejala koma dan kemudian kematian yang terjadi dalam 7-14 hari. Banyak juga di antar penderita yang telah sembuh tetapi diikuti dengan cacat permanen akibat kerusakan otak(Solomon et al. 2000).
   Gejala kejang sering terjadi terutama pada pasien anak-anak. Gejala sakit kepala dan kaku pada tengkuk terutama terjadi pada pasien dewasa. Keluhan-keluhan tersebut biasanya membaik setelah fase penyakit akut terlampaui, tetapi pada 20-30% pasien, gangguan saraf kognitif dan psikiatri dilaporkan menetap. Komplikasi terberat pada kasus japanese encephalitis adalah meninggal dunia (terjadi pada 20-30% kasus encephalitis).

Pemeriksaan apa saja yang perlu dilakukan?
Diagnosis japanese encephalitis didapat dari gejala-gejala yang penderita alami, pemeriksaan fisik yang dokter lakukan, dan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan yaitu pemeriksaan darah dan pemeriksaan cairan sumsum. Tindakan pengambilan cairan tulang sumsum adalah tindakan yang tidak sederhana, harus dilakukan di ruang perawatan, tidak bisa dilakukan di laboratorium klinik biasa. Karena virus Japanese encephalitis termasuk famili flavivirus yang sama dengan virus dengue, harus dilakukan juga uji terhadap virus dengue
Bila Anda terserang infeksi, sistem imun tubuh akan membentuk antibodi untuk melawan infeksi tersebut. Tes-tes laboratorium ini berfungsi mendeteksi adanya antibodi (IgM) yang melawan virus japanese encephalitis. IgM dapat dideteksi dalam cairan sumsum 4 hari setelah gejala muncul, dan dapat dtemukan dalam darah 7 hari setelah gejala muncul.
Diagnosis pasti adalah ditemukannya virus dalam darah atau cairan spinal, tetapi isolasi virus sangat sulit pada manusia karena masa viremia yang mungkin pendek sekali sehingga saat pasien mengalami gejala, masa viremianya sudah berlalu. Uji serologi: Uji HI (hemagglutination inhibition) dan ELISA memerlukan serum akut dan konvalesen sehingga bisa dilihat kenaikan titer antibodi terhadap virus Japanese encephalitis.

Apakah penyakit japanese encephalitis bisa diobati?
Saat ini tidak ada pengobatan spesifik untuk penyakit japanese encephalitis. Pengobatan yang  diberikan adalah berdasarkan gejala yang diderita pasien (simtomatik), seperti istirahat, pemenuhan kebutuhan cairan harian, pemberian obat pengurang demam, dan pemberian obat pengurang nyeri. Pasien perlu dirawat inap supaya dapat diobservasi dengan ketat, sehingga penanganan yang tepat bisa segera diberikan bila timbul gejala gangguan saraf atau komplikasi lainnya.

Cegah dengan Vaksinasi
Penyakit JE bukan penyakit yang umum diantara para pelancong. Namun bukan berarti Anda tidak membutuhkan vaksin karena kapan saja ancaman penyakit ini selalu didapatkan. Siapa saja yang direkomendasikan untuk mendapatkan vaksin JE? Vaksin Japanese Encephalitis dapat diberikan pada bayi berusia 2 bulan ke atas.   Mereka yang direkomendasikan mendapatkan vaksin ini adalah mereka yang merencanakan untuk mengunjungi daerah epidemik selama sebulan atau lebih dan melakukan wisata alam kurang dari sebulan. Vaksin ini diberikan dua kali dan masing-masing berjarak 28 hari. Dosis kedua harus didapatkan seminggu sebelum perjalanan. Anak-anak yang berusia di bawah usia 3 tahun (0-2 tahun) mendapatkan vaksin JE dengan dosis yang lebih kecil dari mereka yang berusia di atas 3 tahun. Sebuah booster pun sudah tersedia dan direkomendasikan untuk diberikan bagi mereka yang berusia di atas 17 tahun dan sudah divaksinasi setahun sebelumnya.
Jadi ketika anak anda demam setelah bepergian ke wilayah endemis JE jangan hanya berpikiran demam berdarah, tapi segeralah periksakan anak anda ke dokter untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.#

Oleh: dr. Harry Pribadi

Dimuat di majalah kasih edisi 48
 

Tentang Penulis

Prev APAKAH GIGI YANG RUSAK SELALU HARUS DICABUT
Next SAKIT JANTUNG MENGINTAI USIA MUDA

Tinggalkan Komentar