Logo

HIPERTENSIKAH SAYA

HIPERTENSIKAH SAYA

     Sebelum membaca artikel tentang hipertensi ini, ada beberapa contoh kasus dan pertanyaan berikut yang harus dijawab terlebih dahulu.  Kasus A :  Saya seorang bapak, umur 65 tahun, sering periksa tensi. Sering kali tekanan darah saya 140/90 mmHg. Hipertensikah saya..??? Kasus B :  Saya seorang ibu, berumur 70 tahun, sering periksa tensi. Biasanya tekanan darah saya 150/90 mmHg. Hipertensikah saya..??? Kasus C :  Saya seorang atlet, umur 28 tahun, kadang-kadang periksa tensi. Tekanan darah saya 140/90 mmHg. Hipertensikah saya..??? Kasus D :  Saya seorang ibu muda, umur 25 tahun. Saya punya alat pengukur tensi sendiri. Saat ditensi tekanan darah saya seringnya 140/85 mmHg. Hipertensikah saya..??? Kasus E :  Saya seorang kakek, umur 75 tahun. Saya rutin periksa tensi. Tekanan darah saya selalu berkisar 135/85 mmHg. Hipertensikah saya..???
Nah, dari beberapa kasus di atas, coba tentukan mana yang menderita hipertensi, mana yang bukan penderita hipertensi.
Seperti air mengalir di dalam selang akibat mesin pompa air, demikianlah juga darah kita mengalir di dalam pembuluh darah akibat pompa dari jantung. Aliran darah dalam pembuluh darah antara lain diakibatkan oleh kuatnya pompaan jantung dan besarnya tekanan di dalam pembuluh darah itu sendiri.
     Tensi atau tekanan darah adalah tekanan yang dikenakan pada pembuluh darah ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh tubuh. Tekanan darah dapat dinyatakan dengan dua ukuran :  Tekanan sistolik, menunjukkan tekanan pada pembuluh darah ketika jantung kontraksi serta Tekanan diastolik, menunjukkan tekanan pada pembuluh darah ketika jantung relaksasi. Banyak variabel atau faktor yang mempengaruhi besarnya tekanan darah, antara lain kekuatan jantung, volume cairan dalam pembuluh darah serta pembuluh darah itu sendiri. Jadi, perubahan yang terjadi pada faktor-faktor tersebut pasti akan mempengaruhi besarnya tekanan darah. Tekanan darah mempunyai besaran tertentu untuk bisa dikatakan normal.
     Lalu apakah yang disebut dengan hipertensi? Banyak sekali definisi dari hipertensi atau penyakit darah tinggi ini. Tapi secara sederhana hipertensi atau penyakit darah tinggi didefinisikan sebagai suatu kondisi atau keadaan di mana besarnya tekanan darah lebih dari normal. Hipertensi merupakan masalah kesehatan dan dialami oleh banyak orang. Hipertensi diderita oleh lebih dari 800 juta orang di seluruh dunia. Lebih kurang 10-30 persen penduduk dewasa di hampir semua negara mengalami hipertensi.
     Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko paling berpengaruh sebagai penyebab penyakit kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah). Penyakit hipertensi sering dianggap sebagai the silent killer atau pembunuh diam-diam. Hal ini disebabkan oleh karena penyakit hipertensi sering tidak bergejala hingga akhirnya sudah didapati gangguan atau kerusakan organ. Karena sering tidak bergejala itulah, penyakit hipertensi ini umumnya tidak diketahui oleh penderitanya sendiri dan biasanya memang hipertensi baru diketahui saat penderita periksa dan diukur tekanan darahnya atau bahkan saat sudah ada gangguan organ seperti jantung, ginjal dan otak.
     Banyak klasifikasi hipertensi, akan tetapi yang sering digunakan adalah klasifikasi dari The Seventh Report Of The Joint National Committee On Prevention Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood Pressure (JNC 7) tahun 2003 tentang Klasifikasi Pengukuran Tekanan Darah Orang Dewasa dengan Usia di atas 18 tahun. JNC 7 ini mengklasifikasikan tekanan darah sebagai berikut :  Normal : sistolik < 120 mmHg dan diastolik < 80 mmHg; Prehipertensi : sistolik 120-139 mmHg atau diastolik 80-89 mmHg; Hipertensi Tingkat I : sistolik 140-159 atau diastolik 90-99 mmHg; Hipertensi Tingkat II : sistolik ≥160 mmHg atau diastolik ≥100 mmHg. Klasifikasi hipertensi tidak pernah membagi penggolongan menurut umur. Nah, dari klasifikasi tersebut kita mengerti bahwa tekanan sistolik 140 mmHg-pun sudah disebut hipertensi, berapapun umurnya, walaupun memang seseorang dikatakan hipertensi apabila tekanan darah berada pada sistolik ≥140 mmHg atau diastolik ≥90 mmHg pada dua kesempatan pengukuran yang berbeda.
     Pemahaman yang keliru di masyarakat menyebabkan hipertensi dipandang sebelah mata, sehingga banyak yang 'tidak aware' atau nggampangke. Seringkali di masyarakat berkembang pemahaman “usia tua tensi tinggi itu normal, sudah sewajarnya”. Suatu hari  seorang bapak usia 60 tahun datang periksa dengan keluhan batuk pilek, saat ditensi 150/90 mmHg, dan dia berkata : “Nggak papa kan dok, masih normal. Saya sudah biasa segitu kok, kan usia saya 60 tahun..”. Hal inilah yang menyebabkan orang dengan hipertensi seringkali datang sudah dengan komplikasi jantung bengkak, ginjal rusak, mata kabur, stroke dan lain sebagainya oleh karena ketidaktahuan.
    Berdasarkan faktor penyebabnya, hipertensi dibedakan menjadi Hipertensi Esensial atau Primer dan Hipertensi Sekunder. Penyebab utama hipertensi primer sampai saat ini belum dapat diidentifikasi. Sekitar 90-95% penderita hipertensi tergolong hipertensi primer. Kondisi penderita hipertensi ini akan cenderung memburuk secara bertahap seiring berjalannya waktu jika tekanan darahnya tidak terkontrol. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui misalnya adanya kelainan ginjal, tumor kelenjar adrenal, kelainan jantung bawaan, dsb. Hipertensi ini diderita oleh sekitar 5-10 % penderita hipertensi. Namun apapun jenisnya yang terpenting adalah hipertensi harus mendapatkan penanganan yang tepat, agar tekanan darah dapat terkontrol supaya terhindar dari akibat atau resiko komplikasi hipertensi.
    Penanganan atau pengobatan hipertensi bertujuan menurunkan tekanan darah di bawah 140/90 mmHg (atau di bawah 130/80 mmHg bila dengan penyakit diabetes atau penyakit ginjal) serta mencegah resiko komplikasi. Banyak hal yang bisa dilakukan guna mengontrol tekanan darah antara lain : melakukan diet rendah garam, rendah lemak, banyak konsumsi buah dan sayuran, mengurangi dan menjaga berat badan, olah raga teratur 2 kali seminggu 20 menit, berhenti merokok serta menghindari konsumsi alkohol. Pemeriksaan laboratorium darah penting juga dilakukan untuk mengetahui faktor resiko yang lain seperti gula darah, cholesterol, LDL/HDL, trigliserid, asam urat, ureum dan creatinin. Bila pola hidup sehat sudah dilakukan dan tekanan darah masih tetap tinggi, diperlukan bantuan obat-obatan untuk menurunkan tekanan darah.
    Obat-obatan anti hipertensi dapat membantu mengontrol tekanan darah seseorang, tetapi tidak dapat menyembuhkannya. Oleh karena itu, obat-obatan anti hipertensi ini sebaiknya digunakan dalam jangka panjang, bahkan seumur hidup. Alasan lain mengapa obat anti hipertensi ini harus dikonsumsi rutin jangka panjang sampai bahkan seumur hidup adalah karena banyak faktor penyebab naiknya tekanan darah, tekanan darah tinggi sering tanpa gejala dan baru diketahui kalau di ukur dengan alat pengukur tekanan darah. Tekanan darah normal di pagi hari belum tentu sama dengan siang atau sore hari. Jadi kalau sudah dikontrol dengan obat setiap hari, tekanan darah diharapkan bisa stabil normal sehingga terhindar dari komplikasi-komplikasi hipertensi yang mungkin terjadi.
    Lalu bagaimana kalau tekanan darah seseorang masuk kategori pre hipertensi? Yang dimaksud dengan pre hipertensi adalah kondisi tekanan darah yang harus diwaspadai 'jangan-jangan' akan menjadi hipertensi, dengan kata lain pre hipertensi mempunyai kecenderungan untuk menjadi sebuah hipertensi. Pada prinsipnya yang harus dilakukan adalah kontrol tekanan darah secara teratur, melaksanakan pola hidup sehat serta mencari adanya faktor resiko dengan pemeriksaan cholesterol dsb, seperti telah dijelaskan di atas, bila  perlu dengan melakukan medical check up berkala.
    Tujuan dari ini semua adalah, kita yang mempunyai tekanan darah pre hipertensi tidak akan menjadi hipertensi dan yang sudah hipertensi, tekanan darahnya tetap terkontrol stabil normal agar kita terhindar dari resiko kerusakan organ akibat dari hipertensi yang berujung pada kematian.
    Jadi, setelah membaca artikel ini, silakan cek kembali jawaban saudara atas pertanyaan beberapa kasus A-E di awal artikel ini. Setelah itu tanyakan pada diri saudara sendiri; “Hipertensikah saya…?” Bila Ya; “Sudah terkontrolkah tekanan darah saya..?”

 

{oleh : Nugroho Budi Susilo}

 

*Dimuat dalam Majalah Kasih edisi 24 (OKTOBER-DESEMBER 2010)

Tentang Penulis

Patricia Putri

patricia putri

Prev LEUKEMIA MIELOSITIK KRONIK
Next SAYANGILAH GINJAL ANDA

Tinggalkan Komentar