Logo

NON HODGKINS LYMPHOMA

NON HODGKINS LYMPHOMA

Non Hodgkin's Lymphoma (NHL) adalah sekelompok tumor limfoid heterogen yang memiliki sifat-sifat klinik dan biologik yang berbeda. NHL bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi sekelompok penyakit. Diagnosis yang akurat sub type NHL secara spesifik menjadi hal penting dalam pengelolaan. Pendekatan pengobatan harus dilakukan jika NHL merupakan jenis yang dapat diobati.

 

Epidemiologi
    Terdapat peningkatan insidens per 100.000 orang, yaitu 11,1 kasus pada tahun 1976 dan 19.0 kasus pada tahun 2000. Kurang lebih sepertiga peningkatan disebabkan kombinasi immunosupresi dan epidemic AIDS. Penyebab potensial yang lain adalah paparan karsinoden lingkungan. NHL umumnya terjadi pada laki-laki, dan orang kulit putih lebih sering daripada kulit hitam.

Patofisiologi
Faktor risiko sebagian besar yang diketahui adalah abnormalitas fungsi immunitas (baik defesiensi atau disregulasi ), misalnya pada:
o    Infeksi HIV
o    Supresi immune iatrogenic
o    Penyakit autoimun
o    Defesiensi immune konginental

Klasifikasi
Klasifikasi yang banyak dipakai dan diterima pusat kesehatan adalah formulasi praktis IWF dan REAL/WHO. IWF menjabarkan karakteristik klinis dengan diskripsi histopatologis, namun belum mengklasifikasikan jenis sel limfosit B atau T, maupun berbagai patologis-klinis yang baru.  IWF membagi LNH atas derajat keganasan rendah, menengah dan tinggi yang mencerminkan derajat agresifitasnya. Klasifikasi WHO/REAL didasarkan dari karakter  imunofenotip dan analisa “lineage” atau galur sel limfomanya.
 
Hal yang perlu dicatat adalah 25% penderita LNH me-nunjukkan gambaran sel limfoma yang bermacam-macam pada satu lokasi yang sama; maka dalam hal ini pengobatannya harus ber-dasarkan gambaran histologis yang paling dominant. Oleh karena itu diagnosis klasifikasi  LNH harus selalu berdasarkan biopsi KGB dan bukan semata evaluasi sitologi atau biopsi sumsum tulang.


Pendekatan diagnostik
Pasien dengan limfoma indolen, seperti folikular, zone marginal,  limfoma limfoplasmasitik umumnya tampil dengan perkembangan yang lambat dan biasanya terdapat limadenpati perifer yang tidak nyeri. Kadang-kadang terdapat riwayat pembesaran limfonodi dan kemudian mengecil. Dapat terjadi regresi spontan. B-symptom sistemik, seperti  demam, keringat malam, penurunan berat badan berhubungan dengan penyakit yang lebih lanjut dan agresif. Keterlibatan sumsum tulang sering terjadi limfoma indolen dan kadang menyebabkan sitopenia. Splenomegali ditemukan pada  30% - 40% of pasien, tetapi jarang melibatkan klien saja. Gambaran klinis limfoma agresif seperti “limfoma sel B besar difus” lebih beragam. Sebagian besar pasien terjadi limfadenopati, tetapi juga dapat terjadi keterlibatan ekstranodal. Keterlibatan ekstranodal yang paling umum adalah saluran cerna, kulit, sumsum tulang, sinus, tiroid, susunan saraf pusat (SSP). B-symptoms lebih umum pada pasien dengan NHL agresif. Pasien dengan limfoma limfoblastik sering datang dengan masa mediastinum anterior yang kadang-kadang berkaitan dengan sindroma vena cava superior.
    Walaupun terdapat kemajuan dalam bidang radiologi pencitraan, histologi masih berperan penting dalam diagnosis karena keberhasilan terapi sebagian besar pasien NHL memerlukan diagnosis patologi yang akurat. Direkomendasikan dilakukan biopsi eksisi. Laparaskopi sering diperlukan untuk pasien limfadenopati intra-abdominal and retroperitoneal. Pemeriksaan morfologi rutin dari sampel biopsi eksisi merupakan tulang punggung dalam menentukan diagnosis definitif. Biopsi aspirasi jarum halus  sering mengecewakan karena kemungkinan diagnosis  yang tidak tepat.
    Evaluasi awal pasien meliputi riwayat pengobatan, pemeriksaan fisik, darah lengkap, elektrolit, profil ginjal dan hepar, CRP, biopsi dan aspirasi sumsum tulang. Kadar Lactate dehydrogenase (LDH) harus diukur untuk memperkirakan proliferasi sel dan tujuan prognostik. Microglobulin juga menunjukkan perkiraan respon terhadap pengobatan dan waktu terhadap kegagalan pengobatan, pada beberapa senter tes ini dilakukan secara rutin. Pencitraan diagnostik yang perlu dilakukan,  seperti x foto dan  CT leher,  dada, abdomen dan pelvis. Jika memungkinkan  positron emission tomography (PET) diperlukan untuk  menentukan stadium dan  prognostik.  FDG-PET penting untuk  kajian sisa masa dan monitoring respon pengobatan.

Prinsip-prinsip pengobatan
Pengobatan NHL didasarkan pada sifat-sifat  klinik. Pendekatan secara umum dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis sel dan sifat-sifat klinik seperti indolen, agresif, atau sangat agresif.  Modalitas terapi konvensional adalah kemoterapi, radioterapi, atau kombinasi. Pengobatan baru seperti monoklonal antibodi sekarang telah dipraktekkan. Sebagai contoh, regimen tercapai untuk NHL indolen adalah CVP( Cyclophosphamide, Vincristine, Prednison), Fludarabine-Rituximab. Terapi standard  limfoma sel B agresif  adalah R-CHOP (Rituximab, Cyclophosphamide, Doxorubicine, Vincristine, Prednison)  disamping itu masih terdapat regimen lain sebagai alternatif terapi. Penelitian klinik yang sedang berlangsung akan menentukan apakah pengobatan baru akan digunakan untuk memperkuat atau menggantikan terapi standard yang sudah ada saat ini.

 

{Oleh : dr. Santoso,SP. PD }

*Dimuat dalam Majalah Kasih Edisi 25 ( JANUARI - MARERT 2011 )

Tentang Penulis

Patricia Putri

patricia putri

Prev RUMPUT LAUT PENOLAK KANKER DAN PENYAKIT GONDOK
Next NYERI PINGGANG KARENA HNP

Tinggalkan Komentar