Logo

PERIKORONITIS

PERIKORONITIS

       Gigi impaksi merupakan ungkapan yang menyatakan bahwa gigi molar ketiga (gigi terakhir) biasanya mulai erupsi saat dewasa (17-26 tahun). Kadang-kadang tidak terdapat ruang yang cukup untuk erupsi sehingga menyebabkan erupsi sebagian atau malah tidak erupsi sama sekali. Kondisi ini dalam kedokteran gigi disepakati oleh banyak ahli sebagai salah satu penyebab terjadinya pericoronitis. Saat hanya sebagian dari gigi telah erupsi, keadaan ini dapat membuat flap dari jaringan gusi yang dengan mudah menjadi tempat berkumpulnya partikel makanan dan dedris dan ini merupakan kondisi yang tepat untuk perkembangbiakan bakteri. Dan jika gusi molar rahang atas telah erupsi penuh, mungkin akan menggigit sisa jaringan gusi tersebut. Kondisi yang umum terjadi ini disebut pericoronitis.
       Pericoronitis adalah keradangan pada gusi disekitar gigi yang erupsi sebagian. Tempat yang paling sering terjadi adalah di gigi molar ketiga rahang bawah, walaupun bisa terjadi pada gigi erupsi sempurna. Didalam rongga mulut khususnya pada remaja, bisa dilihat secara langsung adanya sebagian gigi yang muncul diatas gusi, biasanya dibagian distal gigi molar kedua. Gusi disekitar gigi yang erupsi sebagian itu akan mengalami radang akut. Radang tersebut mungkin disebabkan karena iritasi yang terjadi akibat ketidak mampuan pasien untuk menjaga daerah disekitar gigi paling belakang bersih dari sisa makanan.
Penyebab yang lainnya adalah infeksi bakteri-bakteri rongga mulut yang patogen yang bersatu membuat jalan masuk melalui jaringan lunak disekeliling mahkota gigi yang erupsi sebagian dimana jaringan yang terbuka tersebut terdorong oleh sebagian cups. Jaringan yang terbuka tersebut akan terinfeksi setelah didahului proses peradangan sebagai hasil dari adanya iritasi terus menerus yang disebabkan kontak bagian oklusal gigi molar ketiga rahang atas yang juga mulai erupsi.
Kriteria diagnosa pericoronitis :
1.    Adanya gigi yang tidak erupsi atau erupsi sebagian didalam rongga mulut.


2.    Timbul tanda-tanda keradangan pada pericoronitis yaitu seperti dibawah ini:
·    Sakit / Tidak nyaman pada daerah yang radang
·    Pembengkakan.
·    Kemerahan.


3.    Tanda-tanda/gejala yang berhubungan dengan :
·    Adanya pus yang keluar dari daerah jaringan pericoronal.
·    Trismus(sukar membuka mulut).
·    Rasa yang tidak nyaman.
·    Halitosis(bau mulut tak sedap).
·    Pembengkakan kelenjar getah bening regional (Cervical lymphadenopathy).
·    Tampak adanya penyakit yang berhubungan dengan abses pericoronal atau abses servikal.
·    Timbul gejala dan tanda sistemik.
·    Adanya trauma dari gigi antagonis.


    Jadi pericoronitis gigi molar ketiga adalah merupakan komplikasi peradangan erupsi. Yang terjadi pada mukosa sekitarnya secara intraoral, terlihat pembengkakan local, kemerahan dan sensitivitas terhadap tekanan didaerah poket. Aliran purulen terjadi baik secara spontan maupun karena tekanan dari ruang perikoronal. Selain osteitis juga dapat terbentuk poket tulang yang besar disebelah distal, yang lebih memperparah infeksi.
Tergantung pada virulensi bakteri, derajat retensi dan kondisi lokal, edema mulai menyebar melalui kerja toksin. Keadaan ini disertai dengan pembengkakan lokal, kemerahan dan sakit jika terdapat edema lebih lanjut, edema dengan sangat cepat menyebabkan pemisahan pterigoideus lateral dan muskulus masseter, yang mengakibatkan kekakuan rahang (trismus). Timbulnya hambatan penelanan merupakan indikator dari penyebaran edema keruang sublingualis dn palatum anterior.Keadaan ini akan diikuti dengan limfangitis atau limfadenitis dan gangguan kondisi umum. Pada sebagian besar kasus akan terlihat adanya pembengkakan ekstraoral yang lembek disudut rahang.
Melalui adanya penyebaran infeksi, akan terlihat munculnya simptom sistemik. Simptom ini dapat berupa takikardi, demam dan malaise umum. Pada pembengkakan yang meluas ke leher dan jaringan dasar mulut dapat terjadi fokus infeksi dan abses, yang kemudian bertindak sebagai sumber infeksi bagi daerah sekitarnya. Baru kemudian,abses perimandibular,pterigomandibular atau abses messeterik dapat menyebar melewati ruang parafaringeal ke mediastinum dan kedasar tengkorak dan menimbulkan komplikasi yang fatal.
Pericoronitis biasanya terjadi pada remaja dan dewasa muda, timbul setelah gigi molar ketiga rahang bawah erupsi. Nampak kemerahan, lunak, pembengkakan yang difuse pada retromolar pad, kadang-kadang dengan disertai timbulnya ulser dibagian permukaan yang disebabkan adanya trauma dari gigi antagonis dirahang atas. Pus mungkin keluar dari jaringan atau gigi yang terlibat, dan kadang-kadang disertai rasa yang tidak nyaman, rasa sakit sedang dan biasanya terus-menerus bahkan bisa menjalar kebagain luar leher, tenggorokan, telingga atau dasar mulut. Pasien biasanya tidak bisa menutup mulut karena rasa sakit yang amat sangat dan rasa sakit ini menimbulkan ketidak mampuan untuk membuka mulut lebih lebar lagi (trismus).
Pericoronitis diterapi dengan pembedahan di mana sebelumnya dilakukan profilaksis antibiotik yang ditujukan untuk mencegah timbulnya rasa sakit yang berlebihan pasca tindakan bedah.***

 

{Oleh : Drg. Lisayani Praseyowati }

*Dimuat dalam Majalah Kasih Edisi 15 ( JULI - SEPTEMBER 2008 )

Tentang Penulis

Patricia Putri

patricia putri

Prev BERTEMU TUHAN : BILAMANA KITA MELIHAT DAN BERTEMU DIA
Next MEMETIK MANFAAT HEBAT BROKOLI

Tinggalkan Komentar